Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tersangka Penabrak Kerumunan di Munich Ditangkap, Pencari Suaka Asal Afghanistan

Kompas.com - 15/02/2025, 08:56 WIB
Albertus Adit,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Sumber AFP

MUNICH, KOMPAS.com - Seorang pria berusia 24 tahun asal Afghanistan ditangkap setelah menabrakkan mobil ke kerumunan di Munich, Jerman, pada Kamis (13/2/2025). Insiden tersebut melukai sekitar 30 orang dan terjadi menjelang Konferensi Keamanan Internasional.

Wali Kota Munich Dieter Reiter mengungkapkan bahwa beberapa korban mengalami luka serius.

"Sejumlah orang dirawat karena luka parah dan berada dalam kondisi kritis," ujarnya, dikutip dari AFP, Jumat (14/2/2025).

Baca juga: Mobil Tabrak Kerumunan di Munich Jerman, 20 Orang Luka-luka

Menurut keterangan polisi, tersangka mengendarai mobil Mini Cooper berwarna krem dan menabrak demonstrasi serikat pekerja. Kejadian ini menyebabkan barang-barang korban berserakan di jalan, termasuk sepatu, kacamata, dan kereta bayi.

Polisi yang tiba di lokasi melepaskan tembakan ke arah kendaraan pelaku sebelum akhirnya menangkap tersangka di tempat kejadian.

Pria tersebut diidentifikasi media Jerman sebagai Farhad N, pencari suaka yang tinggal di Munich.

Motif serangan masih diselidiki

Mobil yang dipakai tersangka untuk menabrak kerumunan pedemo di Munich, Jerman, Kamis (13/2/2025). Insiden ini membuat 28 orang luka-luka.AFP/MICHAELA STACHE Mobil yang dipakai tersangka untuk menabrak kerumunan pedemo di Munich, Jerman, Kamis (13/2/2025). Insiden ini membuat 28 orang luka-luka.
Pihak berwenang masih menyelidiki motif di balik serangan ini. Kantor kejaksaan daerah kini menangani kasus tersebut dan menyatakan bahwa ada indikasi motif ekstremis.

Menurut laporan Der Spiegel, yang mengutip sumber keamanan, tersangka diduga sempat mengunggah konten beragama di dunia maya sebelum serangan terjadi.

Pelaku diketahui tiba di Jerman pada 2016 saat gelombang migrasi besar ke Eropa. Meskipun permohonan suakanya ditolak, ia tetap diizinkan tinggal karena memiliki pekerjaan.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengecam serangan ini dan menegaskan bahwa pelaku harus menerima hukuman berat.

"Dari sudut pandang saya, sudah cukup jelas, penyerang ini tidak bisa mengandalkan belas kasihan, dia harus dihukum dan harus meninggalkan negara ini," kata Scholz kepada wartawan.

Baca juga: Polisi Tembak Tersangka Penabrak Kerumunan di Jerman

Serangan ini terjadi di tengah perdebatan sengit tentang kebijakan imigrasi menjelang pemilu Jerman pada 23 Februari mendatang. Aliansi CDU/CSU, yang unggul dalam jajak pendapat, menyerukan kebijakan yang lebih ketat terhadap imigrasi menyusul serangan terbaru.

Perdana Menteri Negara Bagian Bavaria Markus Soeder menyebut kejadian ini sebagai peringatan serius bagi kebijakan imigrasi di Jerman.

"Ini bukan insiden pertama. Kita harus menunjukkan tekad bahwa sesuatu akan berubah di Jerman," katanya.

Di bawah tekanan politik, pemerintahan Scholz memperketat aturan suaka dan mempercepat deportasi, termasuk ke Afghanistan.

Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser menegaskan bahwa pemerintah akan melakukan upaya maksimal untuk meningkatkan deportasi ke negara tersebut.

Jerman sendiri telah mulai memulangkan warga Afghanistan sejak Agustus 2024, di tengah tekanan politik menyusul serangan pisau mematikan yang diduga dilakukan oleh seorang pria asal Suriah.

Baca juga: Pria Afghanistan Ditangkap Usai Tabrakkan Mobilnya di Jerman yang Lukai 30 Orang

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Internasional
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Internasional
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Internasional
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Internasional
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Internasional
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Internasional
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Internasional
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Internasional
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Internasional
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Internasional
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Internasional
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Internasional
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Internasional
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron 'Most Wanted' Sri Lanka Ditangkap
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron "Most Wanted" Sri Lanka Ditangkap
Internasional
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau