MELBOURNE, KOMPAS.com - Ratusan koala telah ditembak mati oleh penembak jitu dari helikopter dalam upaya pemusnahan yang dilakukan oleh otoritas Australia.
Tindakan ini diambil setelah kebakaran hutan menghancurkan habitat alami mamalia ikonik tersebut.
Aktivis perlindungan hewan mengungkapkan kemarahan mereka, menyatakan lebih dari 700 koala telah menjadi korban dan khawatir jumlah tersebut akan terus meningkat dalam beberapa hari mendatang.
Baca juga: Koala Masuk Toko di Australia, Keras Kepala Tak Mau Dikeluarkan
Penembak jitu dari Departemen Energi, Lingkungan, dan Aksi Iklim (DEECA) melakukan patroli di kawasan warisan dunia Budj Bim di Victoria barat daya setelah kebakaran hutan yang dipicu oleh sambaran petir bulan lalu.
Pemusnahan ini dilakukan di tengah kekhawatiran, populasi koala akan menghadapi kelaparan dan kematian akibat hilangnya 2.000 hektar taman nasional.
Jess Robertson, presiden Koala Alliance, mengungkapkan kekecewaan masyarakat setempat terhadap metode yang digunakan.
"Tidak mungkin mereka dapat mengetahui apakah seekor koala dalam kondisi buruk dari helikopter," ujarnya.
Ia juga membagikan gambar helikopter yang berputar-putar di atas hutan yang hancur di media sosial.
Menurutnya, koala-koala tersebut berasal dari perkebunan pohon karet biru yang baru saja dipanen di dekat taman nasional.
Baca juga: Pesawat Boeing Kembali ke AS dari China, Terganjal Perang Tarif Trump
"DEECA masih menembaki mereka. Jumlah koala mati terus bertambah. Jika koala ditembak dari pohon, ini berarti banyak anak koala yang akan menderita dan mati. Itu tercela. Itu kejam. Itulah sebabnya DEECA tidak pernah ingin masyarakat tahu," tambahnya, seperti yang dilaporkan oleh The Independent pada Sabtu (19/4/2025).
Perdana Menteri Victoria, Jacinta Allan, membela kebijakan tersebut dengan menyatakan bahwa koala-koala tersebut mengalami luka parah dan sangat menderita.
“Saya mendengar bahwa departemen melakukan penilaian ekstensif dalam konteks kebakaran hutan yang melanda masyarakat setempat yang dimulai oleh sambaran petir," ungkapnya.
Allan menegaskan, pendekatan ini diambil setelah melakukan pemeriksaan keadaan, dan dianggap sebagai cara untuk mengenali penderitaan koala.
Namun, para peneliti koala menilai bahwa pendekatan ini merupakan contoh lain dari kesalahan dalam pengelolaan spesies dan habitatnya.
Rolf Schlagloth dari CQ University Australia menyatakan, meskipun pihaknya tidak dapat menghilangkan kebakaran hutan sepenuhnya, hutan yang lebih berkelanjutan dan sehat dapat membantu mengurangi risiko serta tingkat keparahan kebakaran.
Baca juga: Astronot Tertua NASA Kembali ke Bumi pada Ulang Tahun ke-70
Ia menekankan pentingnya habitat koala yang luas dan terhubung serta pengelolaan perkebunan pohon blue gum yang mempertimbangkan kebutuhan koala.
"Eutanasia harus digunakan sebagai pilihan terakhir ketika hewan terluka parah. Namun, pemusnahan melalui udara tampaknya merupakan metode yang sangat tidak pandang bulu," kata Dr Schlagloth.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini