Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Presiden Brasil Bolsonaro Harus Pakai Gelang Kaki agar Tak Kabur dari Penyelidikan

Kompas.com - 19/07/2025, 14:05 WIB
Shintaloka Pradita Sicca,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Sumber NPR

RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com - Mahkamah Agung Brasil memerintahkan mantan presiden Jair Bolsonaro mengenakan gelang kaki elektronik dan mematuhi jam malam, di tengah penyelidikan kasus dugaan upaya kudeta usai pemilu 2022.

Melansir NPR pada Jumat (18/7/2025), Mahkamah Agung menyebut Bolsonaro sebagai pihak berisiko melarikan diri.

Selain penggunaan gelang kaki elektronik, Bolsonaro juga dilarang bepergian pada akhir pekan, menghubungi diplomat asing, mengunjungi kedutaan, atau menggunakan media sosial.

Baca juga: Mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro Dilarang Berpolitik 8 Tahun, Ajukan Banding

Langkah ini diambil setelah polisi menggeledah rumah serta markas partai Bolsonaro pada Jumat (18/7/2025) pagi waktu setempat dan menemukan uang tunai sekitar 14.000 dollar AS (Rp 228,5 juta).

Bolsonaro mengeklaim uang itu diperoleh secara sah dan membantah memiliki rencana untuk kabur.

Tuduhan kudeta

Jair Bolsonaro yang dikenal sebagai sekutu Donald Trump, dituduh merencanakan kudeta demi mempertahankan kekuasaan setelah kalah dari Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pada pemilu 2022.

Di platform Truth Social, Trump menyerukan penghentian kasus terhadap Bolsonaro dan mengancam akan memberlakukan tarif 50 persen terhadap barang-barang Brasil, jika proses hukum berlanjut.

Menanggapi hal itu, Presiden Lula menyebut ancaman Trump sebagai bentuk pemerasan.

“Tidak ada orang asing yang akan memberi perintah kepada presiden ini,” tegas Lula di hadapan pendukungnya.

Ia juga mengungkap rencana Brasil untuk mempertimbangkan tarif balasan terhadap produk-produk Amerika Serikat (AS), termasuk perusahaan teknologi.

Baca juga: Polisi Brasil Geledah Rumah Jair Bolsonaro, Ada Apa?

Ketegangan Brasil dan AS meningkat

Perselisihan hukum ini memicu ketegangan baru antara Brasil dan AS.

Respons publik di Brasil menunjukkan penolakan terhadap campur tangan AS sebagai pihak asing.

Banyak warga Brasil menilai pernyataan Trump sebagai bentuk campur tangan yang berlebihan dalam urusan dalam negeri Brasil.

"Para pengamat AS meremehkan kekuatan nasionalisme Brasil," kata ilmuwan politik Oliver Stuenkel dari Universitas FGV.

Sementara itu, Hakim Mahkamah Agung Alexandre de Moraes, yang menangani kasus Bolsonaro, kerap menjadi sasaran kritik dari tokoh-tokoh konservatif AS karena upayanya menindak penyebaran disinformasi dan mengawasi media sosial.

Bahkan, Trump Media and Technology Group telah menggugatnya di pengadilan Florida, menuding pelanggaran kebebasan berbicara.

Sementara itu, Eduardo Bolsonaro, putra mantan presiden yang kini berada di Amerika Serikat, diketahui ikut berupaya meyakinkan Trump agar menekan pemerintah Brasil.

Namun, berdasarkan keputusan pengadilan terbaru, Jair Bolsonaro juga dilarang berkomunikasi dengan siapa pun yang menghadapi dakwaan, termasuk putranya sendiri.

Eduardo sempat menyerukan melalui media sosial agar Brasil bertindak sebagai negara demokrasi yang bermartabat, sekaligus mengklaim bahwa keluarganya menjadi korban persekusi politik.

Baca juga: Berbulan-bulan Kabur ke AS, Mantan Presiden Jair Bolsonaro Tiba di Brasil

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Internasional
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Internasional
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Internasional
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Internasional
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Internasional
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Internasional
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Internasional
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Internasional
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Internasional
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Internasional
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Internasional
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Internasional
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Internasional
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron 'Most Wanted' Sri Lanka Ditangkap
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron "Most Wanted" Sri Lanka Ditangkap
Internasional
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Internasional
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau