Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 PR Berat Menkeu Purbaya: Dari Pajak, Grey Economy, hingga Janji Tak Ada Kebijakan "Aneh-aneh"

Kompas.com - 10/09/2025, 06:30 WIB
Suparjo Ramalan ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pergantian kursi Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudhi Sadewa menandai babak baru dalam pengelolaan fiskal Indonesia. Namun, jalan yang harus ditempuh Purbaya tak mulus.

Dunia usaha hingga kalangan ekonom menilai ada sederet pekerjaan rumah (PR) besar yang menanti.

1. Ekonomi yang Melandai

Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Ajib Hamdani, menilai pelemahan ekonomi bisa menjadi tantangan pertama yang harus dijawab Menkeu.

“Pertama berbicara masalah ekonomi yang melandai, kedua masalah berbicara grey ekonomi,” ujar Ajib dalam tayangan Obrolan Newsroom di kanal YouTube Kompas.com, Selasa (9/9/2025).

Ia menekankan, meski pemerintah mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 sebesar 5,12 persen, peningkatan itu belum tercermin dalam daya beli masyarakat. Lemahnya konsumsi berpotensi menekan penerimaan negara.

Baca juga: Sertijab Menteri Keuangan, Purbaya Puji Sri Mulyani Berhasil Jaga Stabilitas Fiskal

2. Risiko Shortfall Pajak

Menurut Ajib, target penerimaan pajak 2025 sebesar Rp 2.189 triliun berpotensi tidak tercapai.

“Bagaimana mungkin dengan target lebih dari Rp 2.100 triliun, tapi pertumbuhan ekonomi yang melandai, dan modal awal penerimaan pajak tahun lalu juga sudah shortfall sebesar Rp 50 triliun,” ujarnya.

Apindo memprediksi potensi shortfall penerimaan pajak hingga Rp 120 triliun pada akhir 2025.

3. Tantangan Grey Economy

Selain itu, Ajib menyebut grey economy masih mendominasi 20 sampai 30 persen perekonomian nasional.

Karena sektor ini tidak optimal dipajaki, ruang fiskal pemerintah menjadi sempit.

Baca juga: Reshuffle Kabinet Prabowo: Sri Mulyani Dicopot dari Kursi Menteri Keuangan, Akhiri Era 3 Presiden

4. Perbedaan Gaya dengan Sri Mulyani

Di sisi lain, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, melihat penunjukan Purbaya tak lepas dari target ambisius Presiden Prabowo Subianto.

“Kalau ingin mencapai pertumbuhan ekonomi 6–7 persen, ada kecenderungan pelebaran defisit akan dilakukan,” kata Tauhid dalam Obrolan Newsroom Kompas.com, Selasa (9/9/2025).

Tauhid menilai perbedaan utama Purbaya dan Sri Mulyani ada pada pendekatan. Sri Mulyani dikenal prudent dengan disiplin defisit di bawah 3 persen dan utang di bawah 40 persen PDB.

Sedangkan Purbaya dinilai bisa lebih fleksibel dalam memberi ruang fiskal untuk mendukung pertumbuhan.

Baca juga: Ekonom Indef Beberkan Alasan Prabowo Pilih Purbaya Jadi Menkeu

Halaman:


Terkini Lainnya
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
Ekbis
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Cuan
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau