Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mustakim
Jurnalis

Eksekutif Produser program talkshow Satu Meja The Forum dan Rosi Kompas TV

Pilkada Langsung Dievaluasi, Ada Skenario Apa (Lagi)?

Kompas.com - 18/12/2024, 11:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

WACANA kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kembali mengemuka. Besarnya anggaran dan potensi keterbelahan dijadikan alasan.

Adalah Presiden Prabowo Subianto yang kembali menggulirkan wacana agar pemilihan kepala daerah (Pilkada) dilakukan DPRD, tak lagi secara langsung dipilih rakyat. Usulan ini disampaikan pada acara HUT Partai Golkar ke-60 di Bogor, Kamis (12/12/2024).

Di depan para pimpinan partai politik, Prabowo menyatakan Pilkada langsung menelan biaya yang besar dan dianggap terlalu mahal.

Prabowo membandingkan sistem politik Indonesia dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan India yang dianggap lebih efisien proses pemilihannya.

Baca juga: Pilkada Langsung Vs Perwakilan: Demokrasi atau Efisiensi?

Menurut dia, negara tetangga hanya melaksanakan pemilihan sebanyak satu kali, yakni untuk anggota DPRD. Selebihnya, para legislator di tingkat daerah yang memilih bupati hingga gubernur.

Ramai-ramai mendukung

Mayoritas partai politik menyatakan setuju dengan usulan Presiden Prabowo. Mereka menilai, Pilkada langsung memang mahal.

Partai Gerindra dan Golkar sebagai partai pendukung Prabowo di Pilpres 2024 secara terang-terangan mendukung wacana Pilkada dipilih DPRD. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga mengaku memiliki ide yang sama sejak lama.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga mengaku setuju. Selain berbiaya mahal, PKS menilai Pilkada langsung bisa memicu konflik horisontal dan perpecahan karena berbeda pilihan.

Partai Amanat Nasional (PAN) turut mendukung ide Prabowo. Partai NasDem juga berada di barisan yang sama.

Sejauh ini hanya PDI Perjuangan yang secara tegas menolak wacana tersebut. Alasannya, mengembalikan pemilihan kepala daerah ke DPRD dianggap merampas hak rakyat untuk memilih langsung kepala daerahnya.

PDI Perjuangan tetap menginginkan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat. Biaya politik tak bisa dijadikan alasan untuk mengganti sistem pemilihan langsung.

Polemik Pilkada langsung dan tak langsung

Memilih kepala daerah melalui DPRD sebenarnya bukan hal baru. Sistem ini sudah diterapkan pada era orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

Namun, pasca-Reformasi sistem ini dievaluasi karena dianggap tidak selaras dengan semangat demokrasi. Untuk itu, sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, sistem Pilkada juga diubah, tak lagi lewat DPRD, tapi dipilih langsung oleh rakyat.

Baca juga: Pilkada Jakarta: Pramono-Rano Menang, Prabowo Pun Senang

Pilkada langsung pernah dicoba diubah pada 2014. Koalisi Merah Putih (KMP) yang merupakan gabungan partai pendukung pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa pada Pemilihan Presiden 2014 mendorong Pilkada oleh DPRD.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI pun merevisi Undang-Undang (UU) Pilkada, yang salah satu pokok pembahasannya adalah soal mekanisme pemilihan.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Kesaksian Pihak Orkes Sidang MPR soal Anggota DPR Joget: Lagunya Gembira
Kesaksian Pihak Orkes Sidang MPR soal Anggota DPR Joget: Lagunya Gembira
Nasional
OTT, KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid
OTT, KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid
Nasional
Jadi Pilot Airbus A400M Pertama, Mayor Riki Sihaloho: Senang dan Bersyukur!
Jadi Pilot Airbus A400M Pertama, Mayor Riki Sihaloho: Senang dan Bersyukur!
Nasional
Materi soal Pekerja Migran Akan Diajarkan di Sekolah Rakyat
Materi soal Pekerja Migran Akan Diajarkan di Sekolah Rakyat
Nasional
Kepala BGN Tegaskan Tak 'Plek' Contoh MBG India: Kita Beda Banget
Kepala BGN Tegaskan Tak "Plek" Contoh MBG India: Kita Beda Banget
Nasional
Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan
Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan
Nasional
BGN Akui Keracunan MBG Masih Terjadi, Kebanyakan karena Kualitas Air
BGN Akui Keracunan MBG Masih Terjadi, Kebanyakan karena Kualitas Air
Nasional
Pilot A400M Jalani Latihan Tambahan 30 Hari Usai Mendarat di Lanud Halim
Pilot A400M Jalani Latihan Tambahan 30 Hari Usai Mendarat di Lanud Halim
Nasional
Dugaan Mark Up Whoosh, KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian
Dugaan Mark Up Whoosh, KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian
Nasional
KSPSI Sidak Pabrik Ban Bareng Dasco: Perusahaan Tak Patuh Akan Dipanggil DPR
KSPSI Sidak Pabrik Ban Bareng Dasco: Perusahaan Tak Patuh Akan Dipanggil DPR
Nasional
Dari Langit Eropa ke Indonesia: Perjalanan Panjang Mayor Riki Bawa Pulang Airbus A400M Pertama ke Tanah Air
Dari Langit Eropa ke Indonesia: Perjalanan Panjang Mayor Riki Bawa Pulang Airbus A400M Pertama ke Tanah Air
Nasional
Ini 'Tugas' dari Prabowo untuk Pesawat A400M: Evakuasi hingga Misi Kemanusiaan
Ini "Tugas" dari Prabowo untuk Pesawat A400M: Evakuasi hingga Misi Kemanusiaan
Nasional
KPK Terbitkan Sprindik Baru Kasus Pengadaan Minyak Mentah dan Produk Kilang
KPK Terbitkan Sprindik Baru Kasus Pengadaan Minyak Mentah dan Produk Kilang
Nasional
Dasco Sidak ke Pabrik Ban Michelin karena Endus Pelanggaran PHK
Dasco Sidak ke Pabrik Ban Michelin karena Endus Pelanggaran PHK
Nasional
Menteri PPPA Harap Tak Ada Lagi Domestikasi Perempuan di DPR
Menteri PPPA Harap Tak Ada Lagi Domestikasi Perempuan di DPR
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau