MATARAM, KOMPAS.com – Pihak keluarga pendaki asal Brasil, Juliana Marins, meminta agar dilakukan otopsi guna mengetahui secara pasti penyebab kematian Marins setelah terjatuh di Gunung Rinjani.
Permintaan ini disampaikan langsung oleh Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Indah Dhamayanti Putri.
“Pihak keluarga ingin mengetahui secara jelas kapan dan bagaimana proses kematian korban terjadi,” ujar Indah dalam konferensi pers di RS Bhayangkara Mataram, Kamis (26/6/2025).
Baca juga: Juliana Marins Disebut Sempat Masih Hidup Usai Jatuh di Rinjani
Menurut Indah, hasil otopsi tersebut akan menjadi dokumen penting bagi keluarga di Brasil, terutama untuk keperluan administratif pemakaman.
Namun, rencana awal untuk melakukan otopsi di Mataram terpaksa dibatalkan karena dokter forensik yang memiliki kualifikasi untuk itu sedang berada di luar daerah.
“Dokternya hanya satu di NTB dan saat ini sedang berada di Semarang. Karena itu, kami mencari alternatif terdekat dan akhirnya berkoordinasi dengan pihak di Bali,” jelasnya.
Jenazah Juliana pun dijadwalkan diberangkatkan ke Denpasar menggunakan ambulans setelah seluruh proses administrasi selesai dipenuhi oleh pihak rumah sakit.
“Setelah semua berkas selesai, ambulans dari RS Bhayangkara akan membawa jenazah ke Bali,” imbuh Indah.
Baca juga: Sejumlah Media Asing Ikut Beritakan Tewasnya Juliana Marins di Gunung Rinjani
Pemerintah Provinsi NTB menanggung seluruh biaya penanganan jenazah selama berada di wilayah NTB.
Pemerintah juga telah menjalin koordinasi intensif dengan Kedutaan Besar Brasil guna memastikan proses berjalan lancar dan sesuai dengan keinginan pihak keluarga.
“Kami menyampaikan duka cita yang mendalam. Korban datang sebagai wisatawan, dan kedukaannya menjadi milik kita semua, masyarakat NTB,” kata Indah.
Juliana Marins dilaporkan terjatuh saat melakukan pendakian di lereng Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025).
Tim SAR gabungan baru menemukan jenazahnya tiga hari kemudian, Selasa (24/6/2025), pada kedalaman sekitar 600 meter dari titik terakhir pelacakan (Lost Known Position/LKP).
Evakuasi sempat direncanakan menggunakan helikopter, namun dibatalkan karena cuaca buruk.
Jenazah kemudian ditandu secara manual dari Pelawangan menuju kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), yang berada dekat pintu masuk jalur pendakian.
Baca juga: Banyak Dikritik, Kenapa Evakuasi Juliana Marins di Rinjani Begitu Lama?
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini