KYIV, KOMPAS.com – Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak invasi dimulai, menghantam Kyiv dan beberapa kota lain di Ukraina pada Minggu (7/9/2025) dini hari.
Serangan ini menewaskan tiga orang, termasuk seorang bayi, serta membakar gedung utama pemerintahan Ukraina.
Perdana Menteri Ukraina Yulia Svyrydenko menyatakan, untuk pertama kalinya gedung Pemerintah di Kyiv mengalami kerusakan akibat serangan Rusia.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina: Zelensky Minta Putin Datang ke Kyiv, Bukan Moskwa
"Untuk pertama kalinya, gedung Pemerintah rusak akibat serangan musuh pada atap dan lantai atasnya," kata Svyrydenko melalui aplikasi Telegram.
"Tim penyelamat sedang memadamkan api," tambahnya.
Saksi mata Reuters menyebutkan, lantai atas gedung pemerintahan yang terletak di distrik bersejarah Pecherskyi tampak terbakar dengan asap hitam pekat membubung ke langit biru setelah matahari terbit.
Angkatan Udara Ukraina mengungkapkan Rusia meluncurkan 805 drone dan 13 rudal dalam semalam. Dari jumlah tersebut, unit pertahanan Ukraina berhasil menembak jatuh 751 drone dan empat rudal.
Jumlah drone yang digunakan Rusia kali ini merupakan yang tertinggi sejak Moskwa melancarkan invasi besar-besaran pada Februari 2022.
Timur Tkachenko, Kepala Administrasi Militer Kyiv, mengatakan jasad bayi berhasil dikeluarkan dari reruntuhan gedung apartemen empat lantai di distrik Darnytskyi.
Seorang perempuan muda juga menjadi korban jiwa di wilayah yang sama, yang terletak di sisi timur Sungai Dnipro.
Baca juga: Rusia Kecam Macron karena Hina Putin secara Vulgar
Selain itu, pejabat darurat negara melaporkan sedikitnya 18 orang terluka akibat serangan yang memicu kebakaran di berbagai titik di Kyiv.
Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, menyebut seorang perempuan lanjut usia tewas di tempat perlindungan bom di Darnytskyi. Seorang perempuan hamil termasuk di antara korban luka.
Serangan Rusia juga menyebabkan kerusakan parah di sejumlah bangunan apartemen.
Di distrik barat Sviatoshynskyi, beberapa lantai gedung sembilan lantai hancur sebagian. Sementara itu, puing-puing drone yang jatuh memicu kebakaran di sebuah gedung 16 lantai serta dua gedung sembilan lantai lainnya.
Svyrydenko menegaskan Ukraina membutuhkan lebih banyak dukungan persenjataan untuk menghadapi agresi Rusia.