KOMPAS.com – Jagat media sosial X (Twitter) ramai membicarakan cuaca panas yang menyelimuti sejumlah wilayah di Indonesia dalam beberapa hari terakhir.
Banyak warganet menduga hawa gerah ini menjadi tanda musim hujan segera datang.
Namun, tak sedikit juga yang mengeluhkan udara pengap hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Lantas, benarkah udara panas yang menyengat ini pertanda hujan akan segera turun?
Supari, peneliti di Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menjelaskan bahwa cuaca panas yang kini dirasakan masyarakat utamanya dipicu oleh minimnya pembentukan awan.
“Hilangnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir disebabkan oleh munculnya pusat tekanan rendah di utara Indonesia, termasuk badai tropis Bualoi,” kata Supari dikutip dari Kompas.com, Sabtu (27/9/2025).
Baca juga: Waspada! BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Jabodetabek Sabtu Sore
Fenomena atmosfer tersebut menyebabkan uap air yang seharusnya terkumpul di wilayah Indonesia justru tertarik ke arah Laut China Selatan dan perairan timur Filipina.
Citra satelit pun memperlihatkan awan lebih banyak terbentuk di kawasan tersebut dibandingkan di Indonesia.
Akibatnya, pertumbuhan awan hujan di wilayah selatan, seperti Pulau Jawa, menjadi sangat minim. Dengan langit yang relatif cerah, sinar matahari langsung menyinari permukaan bumi sehingga udara terasa lebih panas dan kering.
“Secara kontras, di sebagian wilayah Indonesia, misalnya di Jawa, secara umum justru sedikit (awan). Tidak banyak terbentuk awan di wilayah Indonesia bagian selatan,” ujar Supari.
Masyarakat kerap menganggap udara gerah sebagai tanda hujan akan segera turun. Namun BMKG menegaskan, kondisi ini tidak selalu demikian.
Baca juga: BMKG Perkirakan Cuaca Jateng Cerah dan Hujan Ringan, Awal Musim Hujan Diperkirakan Oktober
Suhu panas menjelang musim hujan biasanya terjadi karena awan hujan belum cukup terbentuk. Dengan langit yang bersih, energi matahari menembus langsung hingga ke permukaan bumi dan membuat udara terasa lebih pengap.
Fenomena semacam ini memang sering muncul saat masa peralihan musim.
Hanya saja, bukan berarti hujan otomatis akan turun keesokan harinya.
BMKG memproyeksikan cuaca terik kali ini hanya berlangsung sementara.
Curah hujan di Indonesia diperkirakan kembali meningkat setelah badai tropis Bualoi dan pusat tekanan rendah di Laut China Selatan melemah atau hilang sama sekali.
“Curah hujan akan kembali normal setelah gangguan atmosfer regional ini hilang,” tutur Supari.
Dengan demikian, panas yang melanda beberapa hari belakangan lebih tepat dikaitkan dengan pola atmosfer global, bukan sekadar tanda hujan dalam waktu dekat. BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan, terutama saat beraktivitas di luar ruangan di tengah cuaca terik.
Artikel ini telah tayang di KompasTV dengan judul: Bukan Sekadar Pertanda Hujan, Ini Penjelasan BMKG soal Cuaca Panas Belakangan Ini
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang