KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di sejumlah wilayah Indonesia untuk mengurangi dampak cuaca ekstrem yang meningkat menjelang puncak musim hujan.
Operasi ini dilaksanakan sebagai langkah antisipasi dan mitigasi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa OMC merupakan salah satu upaya mitigasi bencana yang bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan instansi terkait.
“OMC ini bagian dari mitigasi bencana hidrometeorologi agar hujan ekstrem tidak berdampak luas. Kegiatan ini dilakukan menggunakan pesawat khusus yang menabur garam di awan pembentuk hujan," ujar Dwikorita dalam konferensi pers secara daring pada Sabtu (1/11/2025).
Baca juga: BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Wilayah yang menjadi prioritas OMC meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Di Jawa Tengah, operasi dimulai sejak 25 Oktober dan masih berlangsung hingga awal November, dengan pelaksanaan dari Posko Semarang dan Solo.
Sebanyak 41 sorti penerbangan menggunakan pesawat Cessna Caravan telah dilakukan, menunjukkan hasil efektif menurunkan dan meredistribusi curah hujan di wilayah target.
Sementara itu, di wilayah Jawa bagian barat, operasi telah dimulai sejak 23 Oktober dari Posko Jakarta dengan 29 sorti penerbangan. Pihak BMKG menilai kegiatan ini berhasil mengurangi curah hujan secara signifikan di wilayah sasaran.
Baca juga: Wilayah yang Diprakirakan BMKG Hujan Lebat pada 3-4 November 2025
Kepala BMKG Dwikorita KarnawatiDeputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa peningkatan potensi hujan dipengaruhi oleh sejumlah fenomena atmosfer aktif, termasuk aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, gelombang Kelvin, serta suhu laut hangat di perairan Indonesia.
Selain itu, BMKG juga mendeteksi adanya anomali suhu di Samudra Pasifik yang menunjukkan awal terjadinya La Nina lemah. Meskipun demikian, fenomena ini diperkirakan tidak memberikan dampak signifikan terhadap curah hujan nasional.
Menurut Guswanto, curah hujan pada periode November hingga Februari masih dalam kategori normal, sehingga OMC lebih difokuskan sebagai langkah antisipasi di wilayah rawan bencana.
Baca juga: Kata BMKG Soal Puncak Musim Hujan di Indonesia Bagian Tengah dan Timur
BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap hujan sedang hingga lebat yang melanda sebagian besar wilayah Jawa bagian barat dan tengah, termasuk Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta sebagian Yogyakarta.
Dwikorita menekankan bahwa kondisi atmosfer yang sangat labil dan kaya uap air akibat aktifnya monsun Asia serta suhu muka laut yang hangat menandai pentingnya kesiapsiagaan masyarakat.
Masyarakat diminta untuk terus memantau informasi cuaca terkini melalui aplikasi InfoBMKG. Dengan memanfaatkan layanan ini, warga dapat memperoleh prakiraan cuaca terbaru dan mengetahui potensi risiko bencana yang mungkin terjadi di wilayah masing-masing.
Baca juga: BMKG: 43 Persen Wilayah Indonesia Telah Masuk Musim Hujan
OMC bertujuan tidak hanya untuk menurunkan intensitas hujan ekstrem, tetapi juga sebagai langkah preventif untuk meminimalkan risiko banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Operasi ini merupakan bentuk kolaborasi antara BMKG, BNPB, dan instansi terkait dalam menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung hingga awal tahun 2026.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang