Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Solo, Dari Geger Pecinan hingga Menjadi Surakarta Hadiningrat

Kompas.com - 26/09/2025, 14:15 WIB
Tri Indriawati

Editor

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com – Kota Surakarta, yang lebih populer dengan nama Solo, merupakan salah satu pusat kebudayaan Jawa yang hingga kini tetap hidup dan berkembang.

Di balik namanya yang akrab di telinga masyarakat, tersimpan sejarah panjang mengenai asal-usul kota ini, mulai dari peristiwa Geger Pecinan, perpindahan keraton, hingga pergulatan identitas antara sebutan Sala, Solo, dan Surakarta.

Baca juga: Mengapa Dinamakan Solo? Ini Sejarah dan Asal-usul Kota Surakarta

Awal Mula: Geger Pecinan dan Keruntuhan Kartasura

Sejarah lahirnya Kota Solo berawal dari tahun 1743, ketika terjadi peristiwa Geger Pecinan.

Kala itu, Keraton Kartasura dipimpin oleh Sunan Pakubuwono II.

Ia semula bersumpah untuk mengusir Belanda bersama pasukan Jawa dan etnis Tionghoa.

Namun, sikapnya yang dinilai berpihak kepada Belanda memicu pemberontakan yang dipimpin Raden Mas Garendi, atau Sunan Kuning, sepupunya sendiri.

Keraton Kartasura akhirnya hancur akibat serangan tersebut.

Dalam pandangan Jawa, sebuah keraton yang sudah porak poranda dianggap kehilangan tuahnya dan tak pantas lagi dibangun di tempat yang sama.

Maka, Pakubuwono II memutuskan untuk memindahkan pusat kerajaan.

Boyong Kedaton ke Desa Sala

Pilihan jatuh pada Desa Sala, sebuah perkampungan yang berada di tepi Sungai Bengawan Solo.

Lokasi ini dianggap strategis karena dekat dengan jalur perdagangan sekaligus memiliki nilai simbolis sebagai pusat kehidupan masyarakat.

Pemindahan keraton ini dikenal dengan istilah Boyong Kedaton, yang berlangsung pada 17 Februari 1745.

Prosesi besar itu dipimpin langsung oleh Pakubuwono II, diiringi keluarga kerajaan, para pejabat tinggi, prajurit, serta pusaka-pusaka kerajaan.

Sejak saat itu, lahirlah Keraton Surakarta Hadiningrat, yang hingga kini masih berdiri megah.

Warga memadati lampion shio ular sebagai maskot Imlek 2025 di Plaza Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (24/1/2025).KOMPAS.com/Labib Zamani Warga memadati lampion shio ular sebagai maskot Imlek 2025 di Plaza Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (24/1/2025).

Dari Sala Menjadi Solo

Nama Surakarta dipilih sebagai kelanjutan dari Kartasura, dengan makna filosofis: “sura” berarti berani, sedangkan “karta” berarti sempurna.

Halaman:


Terkini Lainnya
Tasikmalaya Salah Satu Wilayah dengan Curah Hujan Tertinggi di Indonesia pada Awal November 2025
Tasikmalaya Salah Satu Wilayah dengan Curah Hujan Tertinggi di Indonesia pada Awal November 2025
Jawa Barat
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Jawa Tengah
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Jawa Barat
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Jawa Barat
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
Banten
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Sumatera Utara
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Jawa Timur
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
Sumatera Selatan
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Jawa Barat
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Jawa Barat
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Sulawesi Selatan
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Kalimantan Barat
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Jawa Tengah
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Jawa Tengah
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
Banten
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau