Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masuki 5 Tahun, Krisis Properti di China Belum Kunjung Membaik

Kompas.com - 26/08/2025, 11:00 WIB
Muhdany Yusuf Laksono

Penulis

KOMPAS.com – Lima tahun sudah krisis properti melanda China, namun tanda-tanda pemulihan masih jauh dari harapan.

Situasi ini makin terlihat setelah China Evergrande Group, raksasa properti di Negeri Tirai Bambu, resmi dihapus dari Bursa Efek Hong Kong pada Senin (25/8/2025).

Evergrande yang pernah menjadi primadona investor kini runtuh dengan beban utang mencapai 300 miliar Dolar AS atau sekitar Rp 4.800 triliun.

Baca juga: Tak Betah, Pemilik Rumah di Tengah Jalan Tol China Akhirnya Pindah

Kebijakan Pemerintah Bikin Pertumbuhan Lambat

Kebijakan Pemerintah China yang ingin mencegah sektor properti merosot dinilai justru mengakibatkan perlambatan yang parah.

Penurunan harga perumahan belum memberikan dampak dahsyat seperti yang dialami Amerika Serikat saat krisis keuangan 2008, tetapi menghantui perekonomian China selama lima tahun tanpa tanda-tanda akan berakhir.

Pada Juli lalu, menurut Biro Statistik Nasional Tiongkok, harga rumah baru turun dengan laju tercepat dalam sembilan bulan, dan harga rumah bekas terus merosot.

Pemerintah Turun Tangan, Tapi Setengah-setengah

Pemerintah China sejatinya telah turun tangan untuk mengurangi dampak krisis dengan menopang sejumlah perusahaan properti yang terlilit utang guna mencegah keruntuhan yang lebih luas.

Salah satu contohnya yakni China Vanke, salah satu pengembang besar yang terlilit utang hingga 51 miliar Doalr AS atau setara Rp 829 triliun.

Baca juga: Dukungan China Bikin Sektor Pergudangan Tetap Tangguh

Vanke berulang kali meminta pinjaman kepada pemegang saham utamanya yaitu Shenzhen Metro, prusahaan milik negara. Shenzhen Metro pun telah memberikan 3,4 miliar Dolar AS atau setara Rp 55,2 triliun kepada Vanke dalam sembilan pinjaman tahun ini.

Kendati begitu, Vanke masih membukukan kerugian 1,7 miliar Dolar AS atau setara Rp 27,6 triliun pada semester I-2025, atau 21 persen lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya.

"China sangat waspada dalam menggelontorkan dana besar setelah kondisi yang buruk di pasar properti," kata Andrew Collier, peneliti senior Harvard Kennedy School, dilansir dari The New York Times.

Menurut dia, gagasan bahwa pemerintah akan menyelamatkan sektor properti di China tidak akan pernah terwujud

"Rasa sakit ini (krisis properti) akan berlangsung dalam jangka waktu sangat lama," tandasnya.

Sementara beberapa pengembang terbesar masih berupaya merestrukturisasi, di sisi lain banyak pengembang kecil yang gulung tikar.

Resesi telah menghancurkan bisnis dan lapangan kerja di sektor-sektor yang bangkit seiring dengan lonjakan real estat, mulai dari konstruksi, penjualan properti, hingga jasa lanskap.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau