Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darmansjah Djumala
Diplomat

Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri dan Dosen Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung. Kelompok Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bidang kerjasama internasional.

Diplomasi Pancasila di G20 Bali

Kompas.com - 09/07/2022, 09:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PARA menteri luar negeri dari negara-negara anggota G20 berkumpul di Bali, 7-8 Juli ini. Ini adalah pertemuan pertama para menteri luar negeri G20 sejak Indonesia memegang Presidensi G20. Masyarakat internasional menaruh perhatian besar kepada pertemuan ini. Sebab, ini pertemuan pertama menlu G20 pasca Rusia menginvasi Ukraina.

Banyak pihak harap-harap cemas terhadap hasil pertemuan itu. Terlepas dari apa hasil pertemuan, dunia mencatat pertemuan di Bali itu adalah forum pertama di mana Menteri Luar Negeri (Menlu) AS,  Antony Blinken dan sekutu Barat-nya menghadiri pertemuan internasional bersama Menlu Rusia, Sergey Lavrov.

Dalam takaran kerja diplomasi, mempertemukan dua seteru bukan pekerjaan mudah. Perlu kesabaran dan keteguhan, sekaligus keluwesan. Dalam konteks konflik Rusia-Ukraina, sejak awal sudah terbaca oleh publik bahwa ada keterbelahan di antara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ada pro dan kontra. Keterbelahan opini juga terjadi dalam wacana kehadiran Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden AS, Joe Biden, di KTT G20 November nanti.

Baca juga: Luhut Minta Seluruh Persiapan KTT G20 di Bali Selesai pada Oktober 2022

Bahkan banyak pihak berspekulasi, akibat perbedaan sikap yang diametral, pertemuan tingkat menlu yang sekarang berlangsung ini pun tidak akan terjadi. Tetapi ternyata semua menlu G20 hadir. Bahwa sekarang ini dunia menyaksikan semua menlu G20 hadir di Bali, itu sudah merupakan capaian diplomasi Indonesia.

Dua elemen kerja diplomasi

Kerja diplomasi memiliki dua elemen penting: prosedur dan substansi. Dalam hal prosedur, diplomasi itu intinya adalah tata cara dalam melakukan komunikasi dan dialog. Pakar komunikasi sering mengatakan, dalam penyelesaian konflik, jika ada komunikasi antara dua pihak berseteru itu berarti setengah pekerjaan selesai.

Sebelum AS dan sekutunya serta Rusia memutuskan hadir, bisa dipastikan Menlu Retno Marsudi dan mesin diplomasinya bekerja dalam senyap: melobi dan meyakinkan rekannya untuk hadir di Bali. Dalam pergaulan internasional Indonesia terlanjur dikenal sebagai negara yang konsisten dengan prinsip non-blok dan bebas aktifnya. Dengan prinsip itu Indonesia dianggap ikhlas dalam menengahi konflik, honest broker, sehingga menuai trust, kepercayaan.

Dengan citra seperti itulah Indonesia menjalankan diplomasinya. Mempersatukan yang terbelah, medekatkan yang terpisah. Itu bisa dilakukan karena ada komunikasi dan dialog untuk musyawarah mencapai mufakat. Kemampuan untuk meyakinkan sahabat dengan cara dialog dan musyawarah itu adalah DNA diplomasi Indonesia. Dari mana DNA itu berasal-muasal? Tiada lain, itu adalah derivasi nilai musyawarah dan mufakat seperti dititahkan oleh sila ke-4 Pancasila.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat melakukan pertemuan di Gedung Pancasila, Jakarta, Selasa (14/12/2021).Screenshoot akun Youtube Kementerian Luar Negeri RI. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat melakukan pertemuan di Gedung Pancasila, Jakarta, Selasa (14/12/2021).
Dari aspek substansi, Indonesia membawa dua isu utama: penguatan sistem multilateralisme, serta krisis pangan dan energi global.

Dalam berapa tahun terakhir multilateralisme dalam ancaman. Beberapa negara meninggalkan kesepakatan multilateral. Multilateralisme sejatinya forum untuk menyelesaikan masalah bersama melalui dialog dan musyawarah untuk mencapai mufakat. Tatkala Menlu AS dan Menlu Rusia mau hadir di Bali, boleh jadi itu hasil dari pendekatan Indonesia yang memang menggunakan pendekatan dialog dan musyawarah.

Baca juga: Blinken ke Rusia di G20 Bali: Biarkan Biji-bijian Keluar dari Ukraina

Dialog dan musyawarah bukan barang baru bagi Indonesia. Budaya dialog dan musyawarah pun sudah jadi DNA bangsa Indonesia, seperti termaktub dalam sila ke-4 Pancasila. Nilai itulah yang kini terefleksi dalam diplomasi Indonesia di G20 Bali. Mulanya kedua seteru tak sudi bertemu, kini keduanya berada dalam satu forum di Bali.

Isu krisis pangan

Pilihan isu krisis pangan global sungguh tepat waktu. Akibat konflik Rusia-Ukraina, rantai pasok pangan dunia mengalami disrupsi akibat diblokadenya jalur transportasi laut di Laut Hitam oleh Rusia. Akibatnya harga pangan dunia naik dan terjadi inflasi.

Para elite berperang demi kekuasaan dan kepentingan. Tetapi di mana pun perang terjadi pada akhirnya rakyat jua yang menderita tak terperi. Di sini nurani kemanusiaan terusik. Indonesia mengangkat isu krisis pangan global didorong oleh rasa kemanusiaan ini, seperti disabdakan sila ke-2 Pancasila.

Ketika AS dan sekutu Barat-nya bersama Rusia dan anggota G20 lain hadir di Bali, sejatinya dunia menyaksikan Indonesia sedang memainkan jurus diplomasinya yang “sangat Indonesia”, khas budaya Nusantara, yaitu menyelesaikan masalah melalui dialog dan musyawarah dengan nilai kemanusiaan. Itulah sejatinya diplomasi yang dituntun oleh nilai-nilai luhur Pancasila.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Dark Jokes Ternyata Cermin Kecerdasan dan Ketenangan Emosi, Ini Penjelasan Ilmuwan
Dark Jokes Ternyata Cermin Kecerdasan dan Ketenangan Emosi, Ini Penjelasan Ilmuwan
Tren
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
Tren
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
Tren
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Tren
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Tren
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
Tren
Kisah Bayi '7-Eleven' yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Kisah Bayi "7-Eleven" yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Tren
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Tren
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Tren
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Tren
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Tren
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
Tren
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Tren
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Tren
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau