
CUKUP sering orang awam berkata, ”Ah, itu hanya teori, bukan fakta.” Ada pula yang mengatakan, ”Itu baru sebatas teori, belum jadi hukum.”
Banyak orang menganggap teori itu hanya gagasan tanpa basis fakta. Demikian pula, mereka menganggap teori itu lebih rendah derajatnya dari hukum. Itu salah.
Khusus mengenai hubungan antara hukum dan teori harus ditegaskan bahwa hukum dalam sains hanya memberikan gambaran tentang bagaimana suatu sistem dalam alam berperilaku. Mekanisme yang menyebabkan perilaku itu tidak dijelaskan dalam rumusan hukum.
Misalnya, Hukum Ohm hanya menjelaskan hubungan antara arus listrik dengan tegangan. Penjelasan detail tentang mekanisme yang menyebabkan arus listrik berperilaku seperti itu dijelaskan melalui elektrodinamika.
Teori sains ilmiah bukanlah hasil imajinasi tanpa dasar. Teori adalah hasil dari proses panjang penelitian, pengamatan, dan pengujian yang berulang kali.
Teori ilmiah disusun berbasis fakta dan bukti yang telah diverifikasi. Hasil riset panjang, melibatkan banyak ilmuwan yang melakukan verifikasi dan validasi data hasil pengamatan, dirumuskan menjadi suatu rumusan besar yang disebut teori.
Jadi, sekali lagi, salah kalau ada yang mengatakan “itu hanya teori, bukan fakta”. Orang awam banyak yang terlanjur salah, menganggap teori sains itu tidak berbasis fakta.
Ambil contoh teori atom. Teori ini tidak muncul begitu saja. Konsep atom pertama kali diajukan oleh filsuf Yunani kuno, Democritus, yang berpendapat bahwa semua materi terdiri dari partikel kecil yang tak terpisahkan yang disebut atom.
Pada tingkat ini, kita belum bisa menyebutnya teori. Ini hanyalah gagasan filosofis, yang dihasilkan dari proses berpikir tanpa melakukan observasi untuk mengumpulkan data.
Pada awal abad ke-19, John Dalton mengembangkan teori atom modern berdasarkan eksperimen kimia.
Dalton menemukan bahwa setiap senyawa terdiri dari atom yang unik, dan reaksi kimia adalah penggabungan atau pemisahan atom-atom ini.
Eksperimen Dalton memberikan bukti kuat untuk keberadaan atom dan membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut.
Pada awal abad ke-20, eksperimen oleh Ernest Rutherford memuat terobosan besar. Dengan menggunakan partikel alfa untuk menembak lembaran emas tipis, Rutherford menemukan bahwa sebagian besar massa atom terkonsentrasi di inti kecil yang bermuatan positif, sementara elektron mengorbit di sekitar inti.
Model ini kemudian disempurnakan oleh Niels Bohr, yang mengusulkan bahwa elektron mengorbit pada tingkat energi tertentu. Setiap langkah dalam pengembangan teori atom ini didasarkan pada eksperimen dan data yang konkret.
Teori atom modern kini mencakup model mekanika kuantum, yang menggambarkan elektron sebagai awan probabilitas daripada partikel yang mengorbit.