Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Paru Ungkap Efek Uap Rokok Obat: Bisa Sebabkan Iritasi dan Alergi

Kompas.com - 12/06/2025, 22:15 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com – Uap dari rokok obat berbahan herbal berisiko mengganggu saluran pernapasan dan belum terbukti aman secara medis.

Dokter mengingatkan bahwa penggunaan uap ini bisa menyebabkan iritasi, alergi, hingga gangguan paru, terutama jika dipakai terus-menerus tanpa pengawasan.

“Walaupun tidak diisap, uap dari rokok obat berpotensi mengiritasi saluran pernapasan jika terhirup, terutama bila mengandung senyawa yang tidak aman,” ujar Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, MSC, Sp.P(K), saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/6/2025).

Baca juga: Waspadai Bahaya Terapi Uap dari Rokok Obat, Dokter: Bisa Ganggu Pernapasan

Dampak rokok obat bagi paru-paru dalam penggunaan singkat dan lama

Menurut Prof. Erlina, inhalasi uap dari bahan herbal tertentu bisa menimbulkan respons negatif, baik dalam jangka waktu singkat maupun penggunaan jangka panjang. Efek yang muncul dapat berupa batuk, iritasi tenggorokan, atau sesak napas.

Jika pemakaian berulang dilakukan dalam konsentrasi tinggi, risiko alergi serta gangguan paru kronis bisa meningkat.

“Beberapa herbal mungkin melepaskan partikel yang bisa memicu alergi atau iritasi paru-paru,” kata dia.

Terlebih, jika kandungan yang digunakan tidak diketahui secara pasti, potensi bahayanya justru semakin besar.

Ia mengingatkan bahwa penggunaan herbal sebaiknya tidak dilakukan sembarangan, karena belum semua kandungan di dalamnya dipahami secara medis, apalagi bila digunakan sebagai pengganti pengobatan yang seharusnya.

Baca juga: Vape sebagai Alternatif Berhenti Merokok: Apakah Memang Lebih Aman?

Uap medis vs. uap herbal: apa bedanya?

Prof. Erlina menjelaskan, penting untuk membedakan antara uap yang berasal dari produk medis dan uap yang dihasilkan dari bahan herbal alami.

Uap yang digunakan dalam terapi medis, seperti nebulizer atau inhaler, telah melewati berbagai tahap uji dan memiliki dosis yang terkontrol.

“Bahan medis biasanya terstandarisasi, diuji secara klinis, dan aman untuk penggunaan tertentu,” katanya.

Sementara itu, uap herbal bisa memiliki kandungan yang tidak seragam dan berpotensi menimbulkan efek yang tidak diharapkan.

Perbedaan standar keamanan inilah yang menjadi alasan utama mengapa uap herbal tidak bisa disamakan begitu saja dengan uap medis, terutama dalam konteks pengobatan atau terapi pernapasan.

Baca juga: Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru

Manfaat uap herbal masih perlu dibuktikan

Soal anggapan bahwa uap herbal mampu memberikan efek penyembuhan, Prof. Erlina menekankan bahwa manfaat semacam itu belum bisa dianggap valid tanpa bukti ilmiah yang jelas.

Beberapa zat dalam uap herbal, seperti minyak atsiri, memang diketahui punya sifat anti-peradangan atau antibakteri, tetapi efektivitasnya dalam mengatasi penyakit tertentu masih belum terbukti secara menyeluruh.

Halaman:


Terkini Lainnya
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Tren
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Tren
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Tren
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Tren
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Tren
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Tren
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Tren
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Tren
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Tren
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Tren
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) 'Work from Everywhere'
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) "Work from Everywhere"
Tren
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Tren
15 Kelompok Orang yang Bisa Nikmati MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis 6 Bulan, Siapa Saja?
15 Kelompok Orang yang Bisa Nikmati MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis 6 Bulan, Siapa Saja?
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau