KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sempat berseloroh saat memberikan kata sambutan dalam Musyawarah Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Barat di Bandung pada Minggu (24/8/2025).
Dikutip dari video yang diunggah chanel Youtube PKSTV Jabar, Dedi yang datang mengenakan jas putih dan ikat kepala, naik ke podium lalu bersiap untuk memberikan sambutan.
Baca juga: Kalah Saing dengan AI, Fathan Banting Setir Lamar Kerja di Pergudangan
Mantan Bupati Purwakarta ini kemudian mengetuk-ngetuk mikrofon yang tidak berfungsi.
Tak lama seorang panitia membawakan mikrofon yang baru.
"Tidak ada kaitannya dengan sabotase. Tidak mungkin PKS menyabotase saya," canda Dedi yang membuat kader PKS yang hadir tertawa sambil bertepuk tangan.
"Mimpin rapat DPRD Provinsi saja Pak Iwan (Ketua DPW PKS Jabar) kemudian ada yang WO (walk out), Pak Iwan dengan tenang dan tidak mempolitisasi kegiatan itu untuk menyudutkan saya. Ciri PKS menjunjung tinggi moralitas dan akhlak dalam berpolitik," ujar Dedi.
Dalam sambutannya, Dedi memuji sejumlah petinggi PKS yang telah membantunya saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta.
Dedi juga memuji mantan Gubernur Jawa Barat yang juga kader PKS, Ahmad Heryawan alias Aher yang telah meletakkan fondasi pembangunan di Jawa Barat.
"Kang Aher gubernur dua periode yang banyak meletakkan kebutuhan dasar publik,
saya mengakui itu. Banyak bangun SMA, SMK, rumah sakit. Kemudian saya ketika jadi bupati,
saya ingat ada acara di Bojong, pembinaan keluarga berencana, Ibu (Netty, istri Aher) paling aktif di posyandu. Cuma hari ini PKK (istri mengurus PKK) gak ada, Bu," ujar Dedi disambut gelak tawa kader PKS.
"Mudah-mudahan di PKS dapat," lanjut Dedi yang semakin membuat ruangan penuh dengan tawa.
Dalam sambutannya, Dedi juga menyampaikan sejumlah hal terkait bagaimana seseorang sukses menjadi politisi.
Salah satunya ketika seorang politisi memiliki inisiatif untuk turun dan menjadi pelayan masyarakat.
"Siapa yang paling banyak inisiatif, dia yang memiliki elektoral yang paling tinggi," ujar Dedi.
Dedi juga menyebut politisi harus rajin memberi dan bicara serta mampu menampilkan diri dengan baik.
"Ini disebut pencitraan atau branding. Pencitraan itu baik, tapi kalau dilakukan tidak dengan keikhlasan akan luntur. Dia akan sampai pada titik jenuh dan titik lelah. Sehingga kalau berpolitik mencari brand, mencari citra, dia akan habis," ujar Dedi.
"Karena ada titik jenuh, ada rasa malasnya, ada muka kita yang kecewa. Jadi politik yang terbaik adalah mengikuti kata hati dan menjalankan mata hati," ucap Dedi.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini