Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Pernikahan Dini bagi Kesehatan Ibu dan Bayi, Ini Kata Dokter...

Kompas.com - 31/05/2025, 09:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com - Pernikahan usia dini masih menjadi tantangan serius di Indonesia, terutama di sejumlah daerah dengan tingkat pendidikan dan akses informasi kesehatan yang terbatas.

Fenomena ini tak hanya menyangkut persoalan sosial, tetapi juga berdampak nyata pada kesehatan reproduksi remaja perempuan.

Menurut dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG (K) FER, M.Sc, pernikahan pada usia remaja berisiko tinggi menyebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan.

Dihubungi Kompas.com pada Jumat (30/5/2025), ia menjelaskan bahwa kehamilan remaja turut menyumbang pada tingginya angka kematian ibu dan bayi, serta menimbulkan dampak biopsikososial yang kompleks bagi para remaja.

Baca juga: Tren Pernikahan Dini Masih Terjadi, Dokter Ingatkan Dampaknya...

Kesiapan organ reproduksi remaja dan risiko kehamilan dini

Menurut definisi WHO, remaja adalah individu berusia 10-19 tahun, rentang usia yang secara biologis belum sepenuhnya siap untuk menghadapi proses kehamilan dan persalinan.

Artinya, organ reproduksi remaja belum matang secara optimal. Bila dipaksakan untuk hamil, risiko komplikasi meningkat tajam.

Yassin menjelaskan beberapa risiko medis yang umum terjadi pada kehamilan remaja, seperti eklampsia, infeksi sistemik, perdarahan saat persalinan, hingga endometritis puerperalis (infeksi rahim pascamelahirkan).

Selain itu, kehamilan di usia remaja seringkali tidak direncanakan, sehingga berisiko berakhir pada aborsi tidak aman, yang juga dapat mengancam jiwa.

Baca juga: Konsumsi Nanas Saat Hamil Sebabkan Keguguran: Mitos atau Fakta?

Dampak jangka panjang kehamilan di usia remaja

Kehamilan remaja tidak hanya menimbulkan risiko langsung pada ibu dan bayi, tetapi juga berdampak jangka panjang yang mencakup aspek fisik, mental, dan sosial.

“Bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja lebih rentan mengalami berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, dan komplikasi neonatal lainnya,” kata Yassin.

Sementara itu, sang ibu berisiko mengalami gangguan psikologis seperti stres berat, depresi pascamelahirkan, dan kehilangan kesempatan pendidikan serta ekonomi.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat menciptakan lingkaran kemiskinan dan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan bagi ibu dan anak.

Pernikahan dini dan kehamilan pada usia remaja merupakan isu kesehatan masyarakat yang mendesak untuk ditangani.

Risiko medis hingga dampak sosial jangka panjang harus menjadi perhatian semua pihak, termasuk keluarga dan pembuat kebijakan.

Edukasi tentang kesehatan reproduksi, perlindungan hukum, serta akses terhadap layanan kesehatan harus diperkuat untuk mencegah pernikahan di usia yang belum siap secara fisik dan mental.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau