NUSANTARA, KOMPAS.com - Ibu Kota Nusantara (IKN) tidak hanya disiapkan sebagai pusat pemerintahan baru yang cerdas dan berkelanjutan, tetapi juga episentrum toleransi dan kerukunan umat beragama.
Bukti nyata komitmen ini terwujud dalam pembangunan Basilika Santo Fransiskus Xaverius, yang direncanakan menjadi basilika pertama di Indonesia yang berdiri di pusat pemerintahan.
Namun, di balik progres fisik yang menjanjikan, ada satu tahapan krusial yang masih menanti lampu hijau dari otoritas tertinggi, yakni izin resmi Vatikan untuk penetapan status dan penamaan Basilika Nusantara.
Baca juga: IKN Jadi Ibu Kota Politik, Komitmen Investasi Tembus Rp 255 Triliun
Dirjen Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama, Suparman, menegaskan bahwa penamaan gereja sebagai "basilika" merupakan gelar kehormatan yang tidak bisa sembarangan disematkan.
"Penamaan Basilika Nusantara masih tunggu izin Vatikan untuk hal ini," tutur Suparman, kepada Kompas.com, Selasa (28/10/2025).
Hal ini sekaligus menggarisbawahi pentingnya pengakuan dari Takhta Suci, yang akan menjadikan Indonesia negara Asia Tenggara keempat yang memiliki basilika yang disetujui langsung oleh Paus.
Walaupun proses spiritual dan kanonik atau perizinan Vatikan tengah berjalan, pembangunan fisik Basilika di lapangan menunjukkan kecepatan yang luar biasa.
Progres ini mencerminkan sinergi kuat antara Kementerian Agama, Kementerian Pekerjaan Umum (PU), dan Otorita IKN.
Suparman menuturkan, progres pembangunan fisik per 15 Oktober 2025 mencapai 50,24 persen. Progres ini bakal berubah nanti pada akhir Oktober menjafi 60,55 persen.
Baca juga: Setahun Prabowo-Gibran, IKN Tancap Gas dengan Dukungan Politik Penuh
Sementara hingga akhir November, perkembangan fisik diharapkan berada pada level 80,22 persen, dan tuntas 100 persen alias target final pada akhir Desember 2025.
"Berdasarkan laporan terakhir atau pertengahan Oktober 2025), proyek ini berada di jalur yang tepat untuk mencapai target 100 persen pada Desember tahun ini," ungkap Suparman.
Kecepatan ini memberikan optimisme bahwa Basilika dapat segera difungsikan untuk pelayanan pastoral dan kegiatan rohani umat Katolik di IKN dan sekitarnya.
Suparman menjelaskan, Basilika Santo Fransiskus Xaverius, nama pelindung yang dipilih karena perannya sebagai misionaris yang meletakkan dasar iman Katolik di Asia.
Basilika ini dirancang tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai tengara atau ikon persaudaraan.
Baca juga: Solusi Strategis Investasi Hijau di Gerbang IKN, Proyek PLTSa 23 Tahun
Dibangun di atas lahan seluas hampir 12.000 meter persegi, Basilika ini akan menampung sekitar 1.600 umat.
Fasilitas utama yang melengkapi kemegahannya meliputi gedung gereja empat lantai, rumah uskup, taman doa dan jalan salib yang artistik, Goa Maria, dan bangunan penunjang lainnya.
Kehadirannya di kawasan pusat pemerintahan IKN, berdampingan dengan Masjid Negara dan rumah ibadah lain, akan menjadi simbol visual yang kuat dari semangat Bhinneka Tunggal Ika di Ibu Kota baru.
Suparman menyampaikan apresiasi tinggi terhadap dukungan berkelanjutan dari Kementerian PU yang bertugas mengawal pelaksanaan teknis proyek, serta Otorita IKN yang memfasilitasi lahan dan perizinan.
Dengan progres yang signifikan dan kolaborasi lintas sektor yang erat, harapan besar terletak pada penyelesaian pembangunan tepat waktu.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang