RAFAH, KOMPAS.com – Menhan Israel, Israel Katz, mengumumkan negaranya akan memperluas zona keamanan di Jalur Gaza hingga mencakup Kota Rafah, yang merupakan wilayah paling selatan dan berbatasan langsung dengan Mesir.
Dalam kunjungan ke koridor baru di wilayah tersebut pada Rabu (9/4/2025), Katz menjelaskan operasi militer Israel bertujuan untuk semakin mengisolasi wilayah Gaza.
Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menekan Hamas agar membebaskan para sandera yang masih ditahan.
Baca juga: Serangan Udara Israel Tewaskan 10 Warga Gaza, Termasuk 7 Anak-anak
"Penduduk Gaza sedang dievakuasi dari zona pertempuran, dan banyak daerah direbut dan ditambahkan ke zona keamanan Negara Israel, sehingga Gaza menjadi lebih kecil dan terisolasi," kata Katz dalam video resmi yang dirilis kantornya, seperti dikutip dari BBC pada Jumat (11/4/2025).
Katz juga menegaskan serangan akan terus dilancarkan jika Hamas tidak segera melepaskan para sandera.
"Seluruh Rafah akan dievakuasi dan diubah menjadi daerah keamanan. Inilah yang sedang kami lakukan sekarang," ujarnya dalam kutipan terpisah kepada media Israel, Ynet.
Diketahui, pasukan Pertahanan Israel (IDF) kini telah menguasai Koridor Morag, yang merupakan wilayah bekas permukiman Yahudi strategis di antara Rafah dan Khan Younis.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut jalur ini sebagai "Philadelphia kedua", merujuk pada Koridor Philadelphia yang terletak di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.
Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi militer Israel untuk mencegah penyelundupan senjata ke Gaza, sekaligus mempersempit ruang gerak Hamas.
Sementara itu, sejak dimulainya kembali operasi militer pada 18 Maret, dua pertiga wilayah Gaza telah dinyatakan sebagai zona "terlarang" atau berada di bawah perintah evakuasi, menurut laporan dari PBB.
Baca juga: Sekjen PBB Sebut Gaza Kini seperti Ladang Pembantaian
Organisasi dunia tersebut mencatat bahwa sekitar 390.000 warga Palestina, hampir seperlima dari total populasi Gaza yang mencapai 2,1 juta jiwa, telah kembali mengungsi tanpa tempat yang aman untuk dituju.
IDF sebelumnya telah memerintahkan evakuasi massal dari Rafah pada 31 Maret.
PBB menyebut perintah tersebut mencakup 97 persen wilayah kota dan provinsi di sekitarnya, dengan total luas mencapai 64 kilometer persegi.
Warga yang dievakuasi diarahkan menuju kamp tenda di daerah pesisir al-Mawasi, yang sebelumnya ditetapkan sebagai "zona kemanusiaan".
Rafah, yang sebelum perang dihuni sekitar 280.000 orang, kini nyaris kosong.
Serangan darat yang dilancarkan IDF telah mengakibatkan sebagian besar wilayah kota tersebut hancur.
PBB juga mengingatkan, sejak 2 Maret, Israel telah memblokir pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Baca juga: Indonesia Siap Tampung Sementara Warga Gaza, Gelombang Pertama 1.000 Orang
Akibatnya, persediaan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar kian menipis. Bahkan selama jeda gencatan senjata di Gaza pada Januari, sekitar 100.000 warga sempat kembali ke Rafah.
Namun, situasi kembali memburuk ketika konflik kembali meletus pertengahan Maret lalu.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini