Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Cekcok Trump-Zelensky, Kesepakatan Mineral AS-Ukraina Kini Terjalin

Kompas.com - 01/05/2025, 11:06 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

KYIV, KOMPAS.com - Pada Rabu (30/4/2025), Amerika Serikat dan Ukraina menandatangani kesepakatan kerja sama mineral strategis setelah mengalami penundaan selama dua bulan.

Kesepakatan ini menandai langkah penting dalam hubungan kedua negara. Pemerintahan Presiden Donald Trump menggambarkan perjanjian tersebut sebagai bukti komitmen baru Washington terhadap Kyiv, setelah berakhirnya bantuan militer langsung dari AS.

Pemerintah Ukraina menyebutkan bahwa mereka berhasil meraih sejumlah poin penting dalam negosiasi, termasuk pengakuan atas kedaulatan penuh terhadap logam tanah jarang yang ada di wilayahnya.

Baca juga: Kenapa Trump Menginginkan Logam Tanah Jarang Ukraina?

Logam tanah jarang ini dianggap sangat penting untuk pengembangan teknologi masa depan, tetapi saat ini masih banyak yang belum dieksplorasi dengan optimal.

Dalam pernyataan resminya yang dirilis oleh Pemerintah Ukraina disebutkan, "Ukraina mempertahankan kendali atas kekayaan alamnya sendiri," dikutip oleh kantor berita AFP.

Kompensasi untuk bantuan militer

Kesepakatan ini juga tercapai di tengah ketegangan hubungan bilateral antara kedua negara.

Sebelumnya, Presiden Trump menuntut imbalan berupa akses terhadap sumber daya mineral Ukraina, sebagai kompensasi atas bantuan militer senilai miliaran dollar AS yang telah dikirim oleh pemerintahan Joe Biden sejak invasi Rusia pada 2022.

Menurut laporan yang beredar, Trump sempat mengincar hak eksplorasi terhadap mineral senilai 500 miliar dollar AS (sekitar Rp 8,27 kuadriliun), jumlah yang empat kali lipat lebih besar dari total bantuan yang diberikan AS kepada Ukraina selama perang berlangsung.

Sebagai langkah untuk memastikan investasi jangka panjang dari AS, Ukraina akhirnya menyetujui kesepakatan ini. Langkah ini dianggap sebagai upaya Trump untuk mengurangi keterlibatan militer global AS dan memfokuskan perhatian pada kerja sama ekonomi.

Baca juga: China Balas Tarif Trump, Batasi Ekspor Logam Tanah Jarang ke AS

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) saat berdebat sengit mengenai kesepakatan mineral langka di Oval Office, Gedung Putih, Washington DC, AS, Jumat (28/2/2025).AFP/SAUL LOEB Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) saat berdebat sengit mengenai kesepakatan mineral langka di Oval Office, Gedung Putih, Washington DC, AS, Jumat (28/2/2025).
Namun, hubungan kedua negara tidaklah mudah. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky semula dijadwalkan untuk menandatangani kesepakatan ini dalam kunjungan resmi ke Gedung Putih pada 28 Februari 2025. Sayangnya, pertemuan tersebut berakhir dengan konfrontasi terbuka.

Dalam pertemuan yang disiarkan langsung, Trump bersama Wakil Presiden JD Vance mengkritik keras Zelensky, menuduhnya tidak menunjukkan rasa terima kasih atas dukungan yang telah diberikan AS.

Akibatnya, Zelensky meninggalkan Gedung Putih tanpa menandatangani kesepakatan pada waktu itu.

Menurut Biro Penelitian Geologi dan Pertambangan Perancis, Ukraina memiliki sekitar 5 persen cadangan logam tanah jarang global.

Selain itu, negara ini diperkirakan menyimpan 20 persen cadangan grafit dunia—komponen utama dalam baterai kendaraan listrik.

Ukraina juga merupakan salah satu produsen utama mangan dan titanium, serta menyimpan deposit litium terbesar di Eropa.

Namun, meskipun memiliki potensi yang besar, sebagian besar sumber daya alam ini belum dimanfaatkan secara optimal, terutama karena banyak lokasi tambang potensial kini berada di wilayah yang dikuasai pasukan Rusia.

Saat ini, Rusia menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, setelah lebih dari tiga tahun perang yang menewaskan puluhan ribu orang, termasuk warga sipil.

Baca juga: Pakistan Jadi Incaran Baru AS untuk Investasi Mineral Langka

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Internasional
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Internasional
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Internasional
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Internasional
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Internasional
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Internasional
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Internasional
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Internasional
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Internasional
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Internasional
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Internasional
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Internasional
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Internasional
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron 'Most Wanted' Sri Lanka Ditangkap
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron "Most Wanted" Sri Lanka Ditangkap
Internasional
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Internasional
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau