KYIV, KOMPAS.com - Pada Rabu (30/4/2025), Amerika Serikat dan Ukraina menandatangani kesepakatan kerja sama mineral strategis setelah mengalami penundaan selama dua bulan.
Kesepakatan ini menandai langkah penting dalam hubungan kedua negara. Pemerintahan Presiden Donald Trump menggambarkan perjanjian tersebut sebagai bukti komitmen baru Washington terhadap Kyiv, setelah berakhirnya bantuan militer langsung dari AS.
Pemerintah Ukraina menyebutkan bahwa mereka berhasil meraih sejumlah poin penting dalam negosiasi, termasuk pengakuan atas kedaulatan penuh terhadap logam tanah jarang yang ada di wilayahnya.
Baca juga: Kenapa Trump Menginginkan Logam Tanah Jarang Ukraina?
Logam tanah jarang ini dianggap sangat penting untuk pengembangan teknologi masa depan, tetapi saat ini masih banyak yang belum dieksplorasi dengan optimal.
Dalam pernyataan resminya yang dirilis oleh Pemerintah Ukraina disebutkan, "Ukraina mempertahankan kendali atas kekayaan alamnya sendiri," dikutip oleh kantor berita AFP.
Kesepakatan ini juga tercapai di tengah ketegangan hubungan bilateral antara kedua negara.
Sebelumnya, Presiden Trump menuntut imbalan berupa akses terhadap sumber daya mineral Ukraina, sebagai kompensasi atas bantuan militer senilai miliaran dollar AS yang telah dikirim oleh pemerintahan Joe Biden sejak invasi Rusia pada 2022.
Menurut laporan yang beredar, Trump sempat mengincar hak eksplorasi terhadap mineral senilai 500 miliar dollar AS (sekitar Rp 8,27 kuadriliun), jumlah yang empat kali lipat lebih besar dari total bantuan yang diberikan AS kepada Ukraina selama perang berlangsung.
Sebagai langkah untuk memastikan investasi jangka panjang dari AS, Ukraina akhirnya menyetujui kesepakatan ini. Langkah ini dianggap sebagai upaya Trump untuk mengurangi keterlibatan militer global AS dan memfokuskan perhatian pada kerja sama ekonomi.
Baca juga: China Balas Tarif Trump, Batasi Ekspor Logam Tanah Jarang ke AS
Dalam pertemuan yang disiarkan langsung, Trump bersama Wakil Presiden JD Vance mengkritik keras Zelensky, menuduhnya tidak menunjukkan rasa terima kasih atas dukungan yang telah diberikan AS.
Akibatnya, Zelensky meninggalkan Gedung Putih tanpa menandatangani kesepakatan pada waktu itu.
Menurut Biro Penelitian Geologi dan Pertambangan Perancis, Ukraina memiliki sekitar 5 persen cadangan logam tanah jarang global.
Selain itu, negara ini diperkirakan menyimpan 20 persen cadangan grafit dunia—komponen utama dalam baterai kendaraan listrik.
Ukraina juga merupakan salah satu produsen utama mangan dan titanium, serta menyimpan deposit litium terbesar di Eropa.
Namun, meskipun memiliki potensi yang besar, sebagian besar sumber daya alam ini belum dimanfaatkan secara optimal, terutama karena banyak lokasi tambang potensial kini berada di wilayah yang dikuasai pasukan Rusia.
Saat ini, Rusia menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, setelah lebih dari tiga tahun perang yang menewaskan puluhan ribu orang, termasuk warga sipil.
Baca juga: Pakistan Jadi Incaran Baru AS untuk Investasi Mineral Langka
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini