Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Akan Bangun Golden Dome, Apa Bedanya dengan Iron Dome Israel?

Kompas.com - 21/05/2025, 20:02 WIB
Aditya Jaya Iswara,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

Sumber AFP, Britannica

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana ambisius peluncuran sistem pertahanan rudal terbaru bernama Golden Dome atau Kubah Emas, pada Selasa (20/5/2025).

Sistem ini dirancang untuk mencegat rudal sejak awal peluncuran hingga hampir mencapai target.

Dalam pernyataannya yang disampaikan di Oval Office, Trump menjelaskan bahwa Golden Dome akan menjadi sistem pertahanan yang revolusioner karena ditempatkan di luar angkasa, memungkinkan deteksi dan pencegatan rudal dari berbagai penjuru dunia bahkan sebelum memasuki atmosfer Bumi.

Baca juga: AS Akan Bikin Golden Dome, Anti-Rudal Pertama di Luar Angkasa

"Golden Dome akan mampu menghentikan rudal, bahkan jika diluncurkan dari sisi lain dunia," ujar Trump, seperti dikutip AFP.

Proyek ini akan berada di bawah pengawasan Jenderal Michael Guetlein, Wakil Kepala Operasi Luar Angkasa AS.

Sementara Kepala Angkatan Luar Angkasa AS, Jenderal Chance Saltzman, menambahkan bahwa Golden Dome membawa misi baru yang belum pernah dilakukan oleh organisasi militer ruang angkasa mana pun sebelumnya.

Pemerintah AS menyiapkan dana awal sebesar 25 miliar dollar AS (sekitar Rp 410 triliun) untuk pembangunan sistem ini.

Estimasi total biaya mencapai 175 miliar dollar AS (sekitar Rp 2.873 triliun), tetapi Kantor Anggaran Kongres AS memperkirakan biaya sebenarnya bisa jauh lebih tinggi.

Mereka menilai pengeluaran untuk komponen luar angkasa saja dapat menembus 542 miliar dollar AS (sekitar Rp 8.899 triliun) dalam 20 tahun ke depan.

Troy Meink, pejabat tinggi Angkatan Udara AS, mengungkapkan bahwa saat ini Golden Dome masih berada dalam tahap konsep dan pengembangan.

Baca juga: Apa Itu Iron Dome Israel dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Perbedaan dengan Iron Dome

Peluncur sistem pertahanan udara Iron Dome saat dikerahkan di dekat Yerusalem, Israel, 15 April 2024, di tengah perang Israel-Hamas dan Israel-Hizbullah.AFP/MENAHEM KAHANA Peluncur sistem pertahanan udara Iron Dome saat dikerahkan di dekat Yerusalem, Israel, 15 April 2024, di tengah perang Israel-Hamas dan Israel-Hizbullah.
Sistem Golden Dome memiliki konsep yang berbeda jauh dibandingkan Iron Dome, sistem pertahanan rudal milik Israel yang sudah digunakan secara operasional.

Iron Dome merupakan sistem berbasis darat yang dirancang untuk menembak jatuh roket dan proyektil pendek hingga menengah sebelum mencapai target strategis.

Iron Dome dikembangkan oleh dua perusahaan Israel, Rafael Advanced Defense Systems dan Israel Aerospace Industries, dengan dukungan dana dari Amerika Serikat.

Sistem ini kali pertama diterapkan dalam konflik tahun 2011 dan terbukti efektif dalam melindungi wilayah berpenduduk.

Iron Dome bekerja dengan mengandalkan radar canggih dan perangkat lunak analisis untuk menentukan apakah ancaman yang datang akan mendarat di lokasi penting, sehingga hanya menargetkan ancaman yang serius.

Sistem ini memanfaatkan pelacak radar dan peluncur interseptor bernama Tamir yang menghancurkan proyektil di udara.

Dengan posisi Golden Dome di luar angkasa, sistem ini menawarkan jangkauan yang lebih luas dan kemampuan pencegatan lebih dini dibandingkan Iron Dome yang masih berbasis darat.

Baca juga: Kenapa Iron Dome Israel Gagal Cegah Serangan Roket Hamas?

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Internasional
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Internasional
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Internasional
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Internasional
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Internasional
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Internasional
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Internasional
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Internasional
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Internasional
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Internasional
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Internasional
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Internasional
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Internasional
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron 'Most Wanted' Sri Lanka Ditangkap
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron "Most Wanted" Sri Lanka Ditangkap
Internasional
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau