Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Ingatkan, Kombinasi Krisis Iklim dan Badai Matahari Bahayakan Satelit

Kompas.com - 19/08/2025, 19:33 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menemukan bahwa satelit, termasuk yang digunakan untuk GPS dan komunikasi, akan menghadapi risiko kerusakan yang lebih besar dalam beberapa dekade mendatang saat terjadi badai geomagnetik yang dipicu oleh matahari.

Hal ini disebabkan oleh efek iklim pada atmosfer Bumi.

Melansir CNN, Jumat (15/8/2025), meningkatnya volume karbon dioksida yang memerangkap panas di atmosfer atas cenderung membuat udara menjadi kurang padat. Di sisi lain, badai geomagnetik memiliki efek yang berlawanan.

Kondisi tersebut membuat perubahan kepadatan atmosfer yang begitu cepat sehingga bisa menyebabkan masalah serius bagi operasional satelit dan dengan demikian berdampak pada masyarakat di Bumi.

"Makin besar perubahannya, makin besar pula dampaknya pada orbit satelit sehingga satelit bisa turun mendekati Bumi," terang kata penulis utama studi, Nicholas Pedatella dari National Center for Atmospheric Research.

Badai geomagnetik terjadi ketika partikel bermuatan dari Matahari berinteraksi dengan atmosfer bagian atas Bumi.

Baca juga: Satelit Biomassa Diluncurkan untuk Hitung Karbon Hutan

Dampak paling terlihat dari badai ini adalah aurora, yang menerangi langit dengan cahaya hijau, ungu, dan merah muda. Namun, badai yang kuat dapat menyebabkan kerusakan parah pada operasional dan komunikasi satelit.

Badai geomagnetik dapat meningkatkan kepadatan udara di lapisan atmosfer atas yang tipis. Hal ini menyulitkan satelit untuk mempertahankan kecepatan dan ketinggiannya, berpotensi membuatnya tenggelam, dan memperpendek masa pakai operasionalnya.

Dalam studi ini para peneliti menggunakan superkomputer untuk membuat model perubahan di seluruh atmosfer Bumi dan menemukan bahwa badai geomagnetik dengan intensitas serupa yang terjadi di akhir abad ini akan menyebabkan lonjakan kepadatan atmosfer yang lebih signifikan. Ini karena secara keseluruhan, atmosfer atas Bumi akan menjadi lebih tipis.

“Bagi industri satelit, ini adalah pertanyaan yang sangat penting karena adanya kebutuhan untuk merancang satelit agar sesuai dengan kondisi atmosfer tertentu,” kata Pedatella.

Ia pun menyarankan satelit yang dirancang saat ini perlu memperhitungkan dampak terkait perubahan iklim.

Studi diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters.

Baca juga: Perubahan Iklim dan Deforestasi Ubah Hutan Amazon Menjadi Sabana dalam Waktu Seabad

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau