Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal Ular Tentukan Efektivitas Pembasmian Tikus secara Alami di Indramayu

Kompas.com - 21/08/2025, 17:00 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar herpetologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Amir Hamidy menyoroti pentingnya monitoring pasca pelepasaran ular koros (pytas korros) dan ular lanang sapi (coelognatus radiatus) oleh Bupati Indramayu, Lucky Hakim pada Minggu (17/8/2025).

Monitoring pasca-pelepasan ular koros dan ular lanang sapi di persawahan Indramayu penting untuk mengukur efektivitasnya dalam mengendalikan hama tikus.

Ia menilai, keberhasilan program tersebut bergantung pada sejumlah faktor, termasuk kondisi ular yang dilepaskan dan asal usulnya.

Baca juga: Reformasi Sistem Pangan Dunia Bisa Selamatkan Lahan Seluas 43 Juta Km Persegi

Ia mempertanyakan asal usul ular koros dan ular lanang sapi yang dilepaskan Bupati Indramayu, Lucky Hakim.

Jika ular yang dilepaskan sudah lama dipelihara manusia dan kondisinya sudah lemas, maka tidak akan agresif dalam berburu tikus di persawahan. Sebaliknya, -ular yang dilepaskan ke sawah harus dalam  kondisi prima.

"Saya melihatnya dari sisi positifnya saja untuk menyeimbangkan ekosistem sawah sebagai habitat ekosistem buatan manusia. Tapi kemudian dia (pelepasan ular itu) efektif atau enggaknya, monitoring-nya perlu dilakukan," ujar Amir kepada Kompas.com, Kamis (21/8/2025).

Menurut Amir, program pelepasan ular bisa menjadi alternatif dalam mengendalikan hama tikus. Khususnya, apabila dibandingkan dengan efektivitas metode lain seperti penggunaan burung hantu.

Namun, saat ini ular masih menghadapi berbagai bentuk eksploitasi, dari penangkapan untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan, hingga pemanfaatan berbagai bagian tubuhnya untuk bahan obat atau beragam konsumsi lainnya.

Eksploitasi terhadap ular, kata dia, perlu dicegah untuk menjaga keseimbangan ekosistem persawahan. Selain pengontrol hama tikus, ular juga merupakan bagian dari keseimbangan ekosistem persawahan.

Baca juga: 5 Prasyarat agar Swasembada Pangan Sejalan dengan Keberlanjutan

Populasi ular di persawahan juga akan dikendalikan oleh jumlah tikus dan predator alaminya seperti garangan, biawak, kucing hutan, dan elang.

Elang bido (Spilornis cheela) merupakan jenis burung elang yang dapat mengendalikan populasi ular di wilayah persawahan. Elang bido memiliki jangkauan berburu lebih luas, sehingga memiliki potensi pakan semakin beragam.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau