JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar herpetologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Amir Hamidy menyoroti pentingnya monitoring pasca pelepasaran ular koros (pytas korros) dan ular lanang sapi (coelognatus radiatus) oleh Bupati Indramayu, Lucky Hakim pada Minggu (17/8/2025).
Monitoring pasca-pelepasan ular koros dan ular lanang sapi di persawahan Indramayu penting untuk mengukur efektivitasnya dalam mengendalikan hama tikus.
Ia menilai, keberhasilan program tersebut bergantung pada sejumlah faktor, termasuk kondisi ular yang dilepaskan dan asal usulnya.
Baca juga: Reformasi Sistem Pangan Dunia Bisa Selamatkan Lahan Seluas 43 Juta Km Persegi
Ia mempertanyakan asal usul ular koros dan ular lanang sapi yang dilepaskan Bupati Indramayu, Lucky Hakim.
Jika ular yang dilepaskan sudah lama dipelihara manusia dan kondisinya sudah lemas, maka tidak akan agresif dalam berburu tikus di persawahan. Sebaliknya, -ular yang dilepaskan ke sawah harus dalam kondisi prima.
"Saya melihatnya dari sisi positifnya saja untuk menyeimbangkan ekosistem sawah sebagai habitat ekosistem buatan manusia. Tapi kemudian dia (pelepasan ular itu) efektif atau enggaknya, monitoring-nya perlu dilakukan," ujar Amir kepada Kompas.com, Kamis (21/8/2025).
Menurut Amir, program pelepasan ular bisa menjadi alternatif dalam mengendalikan hama tikus. Khususnya, apabila dibandingkan dengan efektivitas metode lain seperti penggunaan burung hantu.
Namun, saat ini ular masih menghadapi berbagai bentuk eksploitasi, dari penangkapan untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan, hingga pemanfaatan berbagai bagian tubuhnya untuk bahan obat atau beragam konsumsi lainnya.
Eksploitasi terhadap ular, kata dia, perlu dicegah untuk menjaga keseimbangan ekosistem persawahan. Selain pengontrol hama tikus, ular juga merupakan bagian dari keseimbangan ekosistem persawahan.
Baca juga: 5 Prasyarat agar Swasembada Pangan Sejalan dengan Keberlanjutan
Populasi ular di persawahan juga akan dikendalikan oleh jumlah tikus dan predator alaminya seperti garangan, biawak, kucing hutan, dan elang.
Elang bido (Spilornis cheela) merupakan jenis burung elang yang dapat mengendalikan populasi ular di wilayah persawahan. Elang bido memiliki jangkauan berburu lebih luas, sehingga memiliki potensi pakan semakin beragam.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya