Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

85 Persen Publik Ingin Perusahaan Desak Pemerintah Ambil Tindakan Iklim

Kompas.com - 27/09/2025, 19:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber trellis

KOMPAS.com - Penelitian terbaru mengungkapkan mayoritas masyarakat menginginkan perusahaan untuk mengambil tindakan dan mengisi kekosongan penanganan perubahan iklim yang ditinggalkan oleh beberapa pemerintah di seluruh dunia.

Data baru dari mitra data Trellis, GlobeScan, menunjukkan bahwa 85 persen orang di seluruh dunia percaya bahwa perusahaan besar harus secara aktif mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih kuat terkait iklim.

Meskipun persentase responden yang sangat setuju sedikit menurun selama beberapa tahun terakhir, masyarakat berharap bisnis memimpin upaya advokasi iklim.

Baca juga: Komitmen Perusahaan Besar, Mulai Beralih pada Beton Ramah Lingkungan

Sementara itu, dikutip dari Trellis, Jumat (26/9/2025) hanya 15 persen responden yang menyatakan ketidaksetujuan, ini memperjelas dukungan publik yang berkelanjutan bagi kepemimpinan perusahaan dalam isu iklim.

Dukungan terhadap perusahaan untuk mendesak pemerintah ini sangat kuat terutama di negara berkembang, salah satunya Indonesia (92 persen) di mana masyarakat memandang dunia usaha sebagai penggerak kemajuan.

Sementara dukungan kuat lain juga muncul di Kenya (94 persen), Nigeria (94 persen), serta Vietnam (93 persen).

Sementara negara-negara dengan kebijakan iklim yang sensitif secara politis seperti Jerman (70 persen) dan Belanda (72 persen) juga mendukung keterlibatan perusahaan.

Sedangkan di AS, di mana terdapat penolakan yang signifikan terhadap aktivitas iklim perusahaan, sebanyak 78 persen masyarakat mengharapkan perusahaan mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan iklim.

Baca juga: Riset: Mayoritas Perusahaan Bangun Proyek Baru di Lokasi yang Rentan Bencana Iklim

Temuan dari laporan baru ini menunjukkan bahwa publik tidak hanya menyambut baik advokasi iklim dari korporasi, mereka menuntutnya.

Kondisi ini menawarkan peluang strategis bagi perusahaan untuk menjadi pemimpin yang tindakannya melampaui program keberlanjutan internal. Melalui advokasi, mereka dapat membangun legitimasi dan kepercayaan, khususnya di daerah yang paling parah terkena dampak perubahan iklim.

Sebaliknya, sikap bungkam atau netral dapat diartikan sebagai ketidakpedulian. Dengan semakin dekatnya Climate Week NYC dan COP 30, perusahaan-perusahaan memiliki mandat yang tegas untuk memanfaatkan pengaruh mereka dalam membentuk kebijakan dan mempercepat tindakan iklim.

Baca juga: Riset: Mayoritas Perusahaan Bangun Proyek Baru di Lokasi yang Rentan Bencana Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau