Namun, penurunan yang terjadi pekan ini justru belum cukup menarik minat masyarakat untuk kembali membeli logam mulia.
Berdasarkan data Pegadaian, harga emas Galeri 24 turun Rp 25.000 menjadi Rp 2.403.000 per gram.
Emas UBS anjlok lebih dalam, yakni Rp 38.000 menjadi Rp 2.399.000 per gram, sementara harga emas Antam melemah Rp 15.000 menjadi Rp 2.267.000 per gram.
Penurunan tersebut terjadi di tengah menguatnya nilai dolar AS dan meningkatnya optimisme global terhadap kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China, yang menekan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
Pembeli Ritel Pilih Menunggu
Bagi sebagian pembeli, harga emas saat ini masih tergolong tinggi meskipun turun dari level sebelumnya.
Karni (42), warga Jakarta Barat, mengaku belum berani membeli emas karena menilai tren penurunan belum stabil.
“Saya lihat harganya turun lumayan, tapi enggak langsung beli. Biasanya kalau lagi turun begini, nanti bisa turun lagi. Mending tahan dulu, lihat seminggu ke depan,” ujar Karni saat ditemui di Tanah Abang, Rabu (29/10/2025).
Karni yang rutin membeli emas batangan kecil untuk tabungan jangka panjang menilai harga emas di atas Rp 2 juta per gram masih terlalu mahal.
“Buat saya, kalau masih di atas Rp 2 juta per gram tetap mahal. Turun segitu belum cukup bikin langsung beli,” katanya sambil tersenyum.
Pandangan serupa disampaikan Ridwan (36), warga Johar Baru, Jakarta Pusat. Ia mengaku sempat tergoda membeli emas setelah mendengar harga turun, tetapi mengurungkan niatnya setelah mengecek harga terkini.
“Turunnya belum seberapa. Kalau bedanya cuma Rp 20.000–Rp 30.000 per gram, belum worth it. Saya tunggu aja sampai benar-benar stabil,” ujarnya.
Menurut Ridwan, masyarakat kelas menengah yang membeli emas untuk tabungan jangka panjang umumnya lebih berhati-hati.
“Beda sama investor besar yang bisa beli banyak. Kalau kami kan buat jangka panjang, jadi timing penting,” katanya.
Pelaku Pasar Bersikap Hati-Hati
Kondisi pasar yang fluktuatif membuat sebagian pelaku investasi ritel memilih bersikap konservatif.
Yuda (35), warga Tanah Abang, mengatakan baru menjual sebagian emasnya dua minggu lalu saat harga masih tinggi.
Kini ia menunggu harga kembali stabil sebelum membeli lagi.
“Dua minggu lalu saya jual pas harga masih di atas Rp 2,4 juta. Sekarang turun, tapi saya enggak langsung beli lagi. Takut nanti turun lagi, jadi nyesel,” ujarnya.
Yuda menambahkan, sebagian besar rekan kerjanya juga mengambil langkah serupa.
“Teman-teman juga nahan dulu. Pada bilang, ‘nanti aja kalau udah stabil’. Soalnya harga emas ini kan gampang banget berubah,” katanya.
Meski demikian, ia tetap menilai emas sebagai instrumen investasi yang menarik untuk jangka panjang.
“Kalau buat jangka panjang tetap bagus, tapi untuk sekarang lebih baik lihat-lihat dulu,” ujar Yuda.
Analis: Tekanan dari Dolar dan Optimisme Global
Penurunan harga emas global dalam beberapa hari terakhir dipicu oleh aksi ambil untung investor setelah harga dunia naik selama sembilan pekan berturut-turut.
Selain itu, meningkatnya optimisme terhadap kemajuan perundingan dagang Amerika Serikat dan China ikut menekan permintaan emas.
Analis riset komoditas Axis Securities, Deveya Gaglani, menilai perkembangan positif dalam perundingan kedua negara membuat investor beralih ke aset berisiko.
“Harga emas akan tetap dalam kisaran tertentu dalam waktu dekat dan kemungkinan tidak naik tinggi kecuali ada ketidakpastian global baru,” ujarnya, dikutip dari India Today, Senin (27/10/2025).
Sementara itu, CEO Aspect Bullion & Refinery, Darshan Desai, menambahkan penguatan nilai dolar AS serta sikap hati-hati The Federal Reserve (The Fed) dalam kebijakan suku bunga turut menekan harga emas di pasar internasional.
Arah Harga Masih Belum Pasti
Meski harga emas menunjukkan tren penurunan, sebagian besar pembeli ritel masih menunggu kepastian pasar sebelum kembali membeli.
Bagi investor kecil, waktu pembelian dianggap krusial mengingat harga logam mulia mudah berfluktuasi dalam jangka pendek.
Dalam kondisi ini, para analis memperkirakan harga emas akan tetap bergerak dalam kisaran terbatas hingga muncul faktor baru yang meningkatkan ketidakpastian global, seperti perubahan kebijakan moneter atau gejolak geopolitik internasional.
(Reporter: Lidia Pratama Febrian | Editor: Larissa Huda Muhammad Isa Bustomi)
https://megapolitan.kompas.com/read/2025/10/30/07590451/harga-emas-anjlok-pembeli-wait-and-see