JAKARTA, KOMPAS.com - Sekira 110 siswa di Sekolah Rakyat Ancol, Jalan Ancol Barat, Pademangan, Jakarta Utara, hingga kini belum menikmati manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah pusat.
Ironinya, sekolah yang menampung anak-anak dari keluarga prasejahtera ini hanya berjarak kurang dari 10 kilometer dari Istana Negara, dan belum tersentuh program yang dirancang untuk membantu pelajar kurang mampu mendapatkan asupan makanan sehat.
“Kalau misalkan MBG sendiri kan udah masuk ke sekolah, tapi ini belum masuk ke sekolah rakyat (Ancol),” tutur salah satu guru di Sekolah Rakyat Ancol, Anisa Khumaeroh (30), saat diwawancarai di lokasi, Senin (12/10/2025).
Ia menjelaskan, pihak sekolah sebenarnya sudah pernah disurvei untuk menjadi penerima MBG, namun hingga kini belum ada tindak lanjut maupun kepastian waktu pelaksanaan.
Baca juga: Dari Dapur ke Meja Siswa: Menelusuri Proses Panjang MBG
Padahal, menurut Nisa, mayoritas murid di sekolah tersebut sangat membutuhkan bantuan makanan bergizi.
“Tapi, faktanya sekolah kita tuh anak-anaknya butuh MBG. Karena entah emang dari orangtuanya yang enggak terlalu aware atau gimana, banyak kejadian siswa pusing tiba-tiba. Pas ditanya ‘kamu kenapa?’ Jawabnya belum makan dari pagi,” ucapnya.
Kondisi ekonomi keluarga yang terbatas membuat sebagian besar murid datang ke sekolah tanpa bekal makanan.
Nisa mencontohkan salah satu siswanya yang hanya mendapat uang saku Rp 10.000 per hari dari kakaknya.
“Dia cuma dikasih uang Rp 10.000 sama kakaknya sehari buat sekolah ama makan. Badannya kurus banget, jadi saya nanya ‘kamu gimana gitu makannya?’ tapi dia untungnya bisa ngatur. Dia beli nasi warteg dekat sekolah Rp 7.000 itu dapat beli ama lauk,” ungkap Nisa.
Baca juga: Menanti Sertifikat Laik Higiene di Seluruh Dapur MBG Jakarta, Bekasi, Tangerang
Keadaan tersebut turut dirasakan langsung oleh para siswa. Ryan (19), siswa kelas 9, mengaku sangat berharap program MBG bisa segera diterapkan di sekolahnya.
Dengan uang saku Rp 10.000 per hari, ia harus membagi pengeluaran antara biaya makan dan transportasi.
“Saya jajannya Rp 10.000, ke sini naik Jaklingko gratis, tapi kalau pengen cepat saya naik ojek online dari duit itu,” kata Ryan.
Menurutnya, jika harus menggunakan ojek online untuk berangkat sekolah, uang sakunya sering habis sebelum sempat membeli makanan.
“Pengin banget dapat MBG,” ucapnya.
Baca juga: Setahun Prabowo–Gibran: Potret Makan Bergizi Gratis di Sekolah Jabodetabek
Harapan serupa disampaikan Gabriela, teman sekelas Ryan. Ia mengatakan banyak siswa yang tidak membawa bekal dari rumah dan hanya bisa menahan lapar hingga jam pulang sekolah.