JAKARTA, KOMPAS.com — Pemandangan miris terlihat di salah satu sudut padat Ibu Kota Jakarta, tepatnya di Gang Kelinci, RT 07 RW 03, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat.
Di tengah kota yang semakin modern, sebagian warga di wilayah tersebut masih terpaksa buang air besar (BAB) di sebuah WC umum yang pembuangannya langsung mengalir ke Kali Inspeksi.
Pantauan Kompas.com, Gang Kelinci berada di tengah permukiman padat penduduk, mayoritas rumah warga merupakan kontrakan petak sederhana.
Deretan gang sempit di RT 07 yang hanya bisa dilalui satu sepeda motor itu, dihuni hingga kurang lebih 200 KK, sehingga membuat permukiman menjadi sesak padat.
Baca juga: Nelangsa Korban Kebakaran Penjaringan: Tidur di Puing, Krisis Air Bersih, hingga Sulit Buang Air
Sejumlah rumah juga digunakan secara bersamaan oleh beberapa keluarga satu petak rumah.
Bilik WC umum yang digunakan warga Gang Kelinci untuk BAB di kaliGang sempit itu sebenarnya terletak bersebelahan dengan sebuah kompleks perumahan elite di samping Jalan Letjen S. Parman, lokasi yang sangat strategis bagi pembangunan di ibu kota.
Untuk mencapai Gang Kelinci, warga harus memasuki jalanan perkampungan yang sempit lalu terus masuk ke dalam gang-gang lainnya hingga akhirnya bertemu dengan Gang Kelinci yang letaknya di ujung perkampungan.
Tepat di ujung gang, terdapat sebuah jalan setapak yang hanya bisa dilewati pejalan kaki yang mengarah ke sebuah gang buntu yang berdiri di atas aliran Kali Inspeksi.
Bilik WC umum yang digunakan warga Gang Kelinci untuk BAB di kaliDi sanalah warga membangun bilik sederhana dari rangkaian papan dan kayu belah yang dijadikan WC umum.
WC terbuka itu hanya menggunakan kayu-kayu bekas yang melintang di bagian bawahnya sebagai pijakan kaki penggunanya.
Sementara, terdapat celah di bagian tengah, tepat di antara kedua pijakan yang digunakan sebagai lubang untuk membuang kotoran BAB.
Baca juga: 20 Anak di Jaktim Terkena ISPA hingga Infeksi Mata Imbas Uji Coba RDF Rorotan
Lubang tersebut mengarah langsung ke aliran kali, sehingga terlihat dari atas arus kali tersebut bergerak dan menghanyutkan kotoran tersebut.
Bahkan, tidak tersedia sumber air apapun di bilik tersebut, sehingga warga harus siap sedia membawa air di dalam sebuah ember saat ingin BAB di tempat tersebut.
Kondisi ini sangat ironis, sebab warga Gang Kelinci sejatinya menyadari bahwa mereka hidup dengan sanitasi yang tidak layak.
Namun, masalah utama yang menyebabkan mereka masih harus BAB ke aliran kali adalah minimnya lahan dan biaya untuk membangun septic tank di rumahnya.
Amsor (30), salah seorang warga, menyebut bahwa bilik itu menjadi andalan bagi warga yang tidak memiliki toilet di rumahnya.
"Ya, jadi itu emang toilet umum, buat orang-orang yang enggak punya WC ya di rumah. Soalnya beberapa rumah di sini masih enggak punya WC," kata Amsor saat ditemui Kompas.com di lokasi, Minggu (2/11/2025).
Menurut dia,, warga tidak membangun WC karena ketiadaan septic tank sebagai tempat penampungan kotoran.
Akhirnya, warga hanya memiliki kamar mandi yang digunakan untuk mandi dan buang air kecil, karena hanya memiliki saluran pembuangan air.
"Karena pada enggak punya septic tank, akhirnya enggak pada bikin WC. Udah terbiasa dari dulu, dari zaman saya orok (bayi) udah begini makainya WC umum di depan itu," jelasnya.
Baca juga: Pramono Sebut Penerapan Sanksi Sosial bagi Pembakar Sampah Harus Punya Payung Hukum