JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan deflasi 0,08 persen secara bulanan (month to month/mtm) pada Agustus 2025.
Secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 2,31 persen, dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 1,60 persen.
Menurut Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/9/2025), jika merunut data historis, terjadi deflasi setiap bulan Agustus dalam empat tahun terakhir.
Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi 0,18 persen, dengan andil inflasi 0,01 persen.
”Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami inflasi sebesar 0,10 persen, dengan andil inflasi 0,01 persen. Kelompok pakaian dan alas kaki mengalami deflasi 0,10 persen, dan memiliki andil deflasi 0,01 persen,” tuturnya.
Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tomat (0,10 persen), cabai rawit (0,07 persen), tarif angkutan udara (0,03 persen), dan bensin (0,02 persen).
Selain itu, terdapat pula komoditas yang masih memberikan andil inflasi yaitu bawang merah (0,05 persen), dan beras (0,03 persen).
Andil inflasi beras disebabkan oleh terjadinya inflasi beras sebesar 0,73 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi Juli 2025 yang mencapai 1,35 persen.
Berdasarkan komponen, deflasi bulan Agustus 2025 utamanya didorong deflasi komponen harga bergejolak (volatile food) dengan andil deflasi sebesar 0,10 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tomat, cabai rawit, dan bawang putih.
Selanjutnya, komponen harga diatur pemerintah (administered prices) juga mengalami deflasi, dengan andil deflasi 0,02 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi pada kelompok ini adalah tarif angkutan udara dan bensin.
Sementara itu, komponen inti mengalami inflasi, dengan andil inflasi sebesar 0,04 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah biaya kuliah akademi/perguruan tinggi, emas perhiasan dan biaya SD.
Wilayah dengan deflasi dan inflasi pada Agustus 2025
Menurut wilayah, secara bulanan tercatat 27 provinsi mengalami deflasi, dan 11 provinsi mengalami inflasi.
Deflasi terdalam terjadi di Maluku Utara, yaitu sebesar 1,90 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Utara, yaitu sebesar 1,37 persen.
Inflasi tahunan
Secara tahunan (year on year/yoy), pada Agustus 2025 terjadi inflasi sebesar 2,31 persen, atau terjadi kenaikan IHK dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 108,51 pada Agustus 2025.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan ini utamanya didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 3,99 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 1,14 persen.
Komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah bawang merah, beras, ikan segar, minyak goreng, tomat, kopi bubuk, dan sigaret kretek mesin (SKM).
Komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi tahunan cukup dominan adalah emas perhiasan, tarif air minum PAM, bahan bakar rumah tangga, dan nasi dengan lauk.
Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi secara tahunan pada Agustus 2025 adalah kelompok transportasi yang mengalami deflasi 0,29 persen dengan andil deflasi 0,04 persen.
Serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 0,33 persen dengan andil deflasi 0,02 persen.
Deflasi kedua kelompok pengeluaran tersebut didorong oleh deflasi bensin, tarif angkutan udara, tarif kereta api dan telepon seluler.
Menurut wilayah, secara tahunan hampir seluruh provinsi mengalami inflasi. Deflasi terjadi hanya di Papua Barat.
Inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Utara, yaitu sebesar 4,42 persen, dan inflasi terendah terjadi di Maluku Utara, yaitu 0,43 persen. Adapun Papua Barat mengalami deflasi 0,87 persen.
https://money.kompas.com/read/2025/09/02/151017526/penyumbang-deflasi-agustus-2025-tomat-cabai-rawit-tiket-pesawat