NEW YORK, KOMPAS.com – Harga emas dunia naik lebih dari 1 persen pada akhir perdagangan Selasa (2/9/2025) atau Rabu (3/9/2025) pagi WIB. Emas menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan kemarin.
Lonjakan ini didorong menguatnya permintaan emas seiring meningkatnya keyakinan pasar terhadap pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), serta adanya risiko politik dan ekonomi.
Mengutip Reuters, harga emas di pasar spot naik 1,5 persen menjadi 3.529,01 dollar AS per ons, setelah sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di 3.529,93 dollar AS per ons pada awal perdagangan.
Adapun sepanjang tahun 2025, harga emas di pasar spot tercatat sudah menguat 34,5 persen.
Baca juga: Harga Emas Tembus Rekor Baru, Saham Apa yang Bakal Terkerek?
Sementara harga emas berjangka AS untuk kontrak pengiriman Desember ditutup naik 2,2 persen ke 3.592,20 dollar AS per ons.
"Pasar emas memasuki periode musiman yang kuat, ditambah dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed September ini. Kami melihat rekor baru masih mungkin tercipta,” kata Suki Cooper, Analis Logam Mulia Standard Chartered Bank.
Pasar kini memperkirakan hampir 92 persen peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed tanggal 17 September 2025 mendatang, menurut data CME FedWatch.
Dalam lingkungan suku bunga rendah, emas yang tidak memberikan imbal hasil biasanya lebih diminati investor.
Baca juga: Analis: Harga Emas Dunia Sentuh Rekor karena Investor Cari Aman
Para analis juga menilai rekor kenaikan emas tahun ini didukung pula pembelian yang berkelanjutan oleh bank sentral, melemahnya dollar AS, diversifikasi portofolio dari dollar AS, serta permintaan aset aman atau safe haven di tengah ketegangan geopolitik dan perdagangan global.
Selain faktor ekonomi, ketidakpastian politik AS juga memperkuat daya tarik emas.
Presiden AS Donald Trump belakangan ini berselisih dengan The Fed, termasuk mendorong pencopotan Gubernur The Fed Lisa Cook, yang kini tengah menempuh jalur hukum. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap independensi bank sentral AS.
"Tuduhan terhadap Cook merupakan peringatan yang jelas bagi anggota FOMC lainnya untuk tunduk pada tekanan pemerintah terkait penurunan suku bunga yang substansial. Situasi seperti ini membuat emas semakin menarik,” tulis Commerzbank dalam catatan risetnya.
Selanjutnya, perhatian investor tertuju pada rilis data tenaga kerja non-pertanian (nonfarm payrolls/NFP) AS pada Jumat mendatang. Data ini akan menjadi petunjuk penting mengenai seberapa besar peluang pemangkasan suku bunga pada bulan September.
"Jika data ketenagakerjaan lemah minggu ini, maka dapat memicu kembali diskusi seputar kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 50 bps," kata Zain Vawda, analis di MarketPulse oleh OANDA.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini