JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini, sudah banyak Gen Z yang melirik beragam instrumen investasi untuk memupuk kekayaan.
Namun demikian, tidak sedikit pula Gen Z yang masih belum mengalokasikan dana untuk investasi. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di banyak negara lainnya.
Dikutip dari CNBC, Jumat (5/9/2025), survei menunjukkan 24 persen anak muda lebih suka menyimpan uang dalam bentuk uang tunai. Adapun 42 persen responden tidak menabung atau investasi sama sekali.
Baca juga: Kenapa Gen Z Lebih Pilih Investasi Kripto dan Apa Risikonya?
Survei ini dilakukan oleh CNBC dan Generation Lab terhadap 1.093 warga Amerika Serikat (AS) berusia 18 hingga 34 tahun.
Usia muda responden mungkin menjelaskan mengapa 42 persen responden tidak menabung atau berinvestasi sama sekali. Banyak dari mereka adalah Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, dan masih sekolah atau baru saja lulus.
Ini berarti mungkin butuh waktu bertahun-tahun sebelum generasi termuda dari kelompok tersebut memasuki dunia kerja dan mulai menabung.
Selain itu, mereka yang sudah bekerja mungkin masih dalam tahap mencari pijakan.
Baca juga: Investor Gen Z, Harapan Baru atau Bom Waktu Pasar Modal?
"Sedangkan untuk 24 persen anak muda yang lebih suka menyimpan uang mereka dalam bentuk tunai, keraguan untuk berinvestasi mungkin karena banyak orang merasa sangat rentan secara finansial," kata Kamila Elliott, perencana keuangan bersertifikat dan salah satu pendiri sekaligus CEO Collective Wealth Partners.
Dengan naiknya harga kebutuhan pokok seperti perumahan dan makanan, orang-orang cemas menginvestasikan uang dan kehilangan akses langsung, ujarnya.
Jika Anda khawatir tentang akses ke uang tunai, ia menyarankan untuk mengumpulkan dana darurat setara pengeluaran enam bulan untuk meredakan kekhawatiran tersebut. Namun, setelah itu, ada baiknya untuk mempertimbangkan investasi.
"Sangat penting untuk berpartisipasi di pasar agar dapat mencapai tujuan investasi atau aset Anda. Itulah satu hal yang kami bicarakan dengan anak muda: Anda harus berpikir jangka panjang," jelas dia.
Baca juga: Kenali, Red Flag Finansial Gen Z dan Cara Cerdas Kelola Keuangan
Berikut tiga kesalahan keuangan yang harus dihindari Gen Z menurut perencana keuangan
Setelah Anda merasa nyaman dengan cadangan uang tunai Anda, pertimbangkan untuk berinvestasi, menurut Douglas Boneparth, perencana keuangan bersertifikat dan pendiri Bone Fide Wealth.
"Sulit untuk menabung untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang Anda," terang dia.
Faktanya, Boneparth menyebut investasi sebagai "kunci untuk menumbuhkan kekayaan."
Baca juga: Gen Z dan Pilihan Karier: Di Antara Passion, Uang, dan Harapan Orangtua
Dari 1.093 anak muda Amerika yang disurvei, 24 persen mengatakan mereka lebih suka menginvestasikan uang mereka di saham individu, dibandingkan dengan obligasi, reksa dana yang diperdagangkan di bursa (ETF), dan aset kripto.
Masuk akal jika investor yang lebih muda mungkin lebih suka berinvestasi di saham individu, terutama dengan kinerja luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, kata Elliott.
Namun, memilih untuk berinvestasi di sejumlah saham yang terbatas bisa berisiko karena portofolio Anda bergantung pada kinerja perusahaan-perusahaan tersebut saja.
Elliott dan Boneparth juga menyarankan untuk mendiversifikasi portofolio Anda dengan obligasi atau reksa dana yang diperdagangkan di bursa (ETF).
Baca juga: 4 Strategi Penting untuk Gen Z Jadi Game Changer di Dunia Kerja
"Dengan mendiversifikasi portofolio, Anda tidak perlu terlalu khawatir tentang kinerja saham-saham individual Anda dan dapat lebih konsisten dan disiplin," sebut Boneparth.
Berpikir jangka pendek dapat membuat Anda membuat perubahan tergesa-gesa pada portofolio investasi berdasarkan perilaku pasar terkini.
Jangan biarkan pasar mendikte keputusan Anda, tetapi buatlah perubahan jika tujuan keuangan Anda berubah, kata Elliott.
Daripada terus-menerus memantau investasi Anda, biarkan saja. Berinvestasilah, lalu lupakan, kata Elliott.
Baca juga: Gen Z dan Milenial Paling Aktif Gunakan Bank Digital, Apa Pilihan Favoritnya?
"Saya pikir tindakan mengamati dan mengamati volatilitasnya membuat orang gugup, bukan?" tutur dia.
"Orang tidak suka melihat uang naik turun. Jika Anda berhenti mengamatinya terus-menerus, itu membantu meredam keinginan manusia untuk melakukan perubahan."
Anda memegang kendali atas tujuan keuangan Anda, kata Boneparth, yang berarti konsistensi dan disiplin Anda, apa pun instrumen investasi yang Anda pilih, dapat menghasilkan hasil jangka panjang yang baik.
"Jangan pikirkan sekarang. Pikirkan 30 tahun dari sekarang, ketika Anda melihat imbal hasilnya."
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini