KOMPAS.com – Harga emas dunia merosot ke posisi terendah dalam tiga pekan terakhir pada perdagangan Selasa (28/10/2025) waktu setempat. Pelemahan ini terjadi seiring meningkatnya optimisme atas kemajuan pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang mengurangi minat investor terhadap emas sebagai aset lindung nilai.
Mengutip Reuters, harga emas spot turun 0,70 persen menjadi 3.952,87 dollar AS per ons atau sekitar Rp 65,2 juta per ons (kurs Rp 16.500 per dollar AS). Sementara kontrak berjangka emas AS melemah 0,9 persen dan ditutup di level 3.983,1 dollar AS per ons, setara dengan Rp 65,7 juta per ons.
“Ketegangan dagang AS-China benar-benar mereda, dengan kemungkinan tercapainya kesepakatan dagang pada akhir pekan ini setelah pertemuan puncak antara Presiden Xi dan Trump. Ini menjadi sentimen bearish bagi logam safe haven,” kata analis senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Baca juga: Ray Dalio Sarankan Alokasi 15 Persen Emas ke Portofolio Investasi
Menurut laporan, pejabat ekonomi dari AS dan China telah menyelesaikan kerangka kesepakatan yang akan dibahas Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping dalam pertemuan Kamis mendatang.
Optimisme terhadap meredanya ketegangan dagang ini juga mendorong penguatan pasar global. Indeks utama di Wall Street bahkan dibuka pada level rekor pada perdagangan Selasa.
Sementara itu, investor menanti hasil rapat kebijakan dua hari The Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan berakhir Rabu. Bank sentral AS tersebut diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat poin persentase.
Baca juga: Ray Dalio Sarankan Investor Masukkan Emas ke Portofolio Investasi
Kendati demikian, arah harga emas ke depan masih beragam. Beberapa analis memperkirakan harga tetap tinggi, sementara lainnya menilai pasar berpotensi melanjutkan koreksi.
Asosiasi Pasar Logam Mulia London (LBMA) dalam pertemuan tahunannya memproyeksikan harga emas bisa mencapai 4.980 dollar AS per ons atau sekitar Rp 82,2 juta dalam 12 bulan ke depan. Namun, Citi dan Capital Economics justru menurunkan proyeksi harga emas pada pekan ini.
“Pasar emas sudah berada di level jenuh beli, yang akhirnya memicu koreksi minggu ini,” tulis Bank of America dalam laporannya. Bank tersebut menambahkan, harga emas mendekati proyeksi bearish di level 3.800 dollar AS per ons atau sekitar Rp 62,7 juta pada kuartal IV tahun ini.
Baca juga: Harga Emas Dunia Capai Titik Terendah dalam 3 Pekan, Pasar Masuk Level Jenuh Beli?
Di tengah fluktuasi harga ini, pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, mengingatkan investor agar memandang emas secara berbeda.
Dalam wawancara eksklusif dengan CNBC di sela acara Future Investment Institute di Riyadh, Arab Saudi, Dalio mengatakan emas merupakan bentuk uang paling mendasar.
“Orang perlu memandang emas secara berbeda dari biasanya,” ujar Dalio.
“Emas adalah bentuk uang yang paling fundamental.”
Menurutnya, setiap investor sebaiknya memiliki eksposur terhadap emas dalam portofolio mereka, sekitar 5 persen hingga 15 persen.
Pesan Dalio itu menjadi refleksi penting di tengah ketidakpastian pasar dan dinamika kebijakan suku bunga global yang terus berubah.
Baca juga: Cara Raup Untung Saat Harga Emas Naik Turun
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang