KOMPAS.com – Amazon mencatat kinerja keuangan yang melampaui ekspektasi pada kuartal III-2025. Namun, di tengah hasil gemilang itu, perusahaan e-commerce asal Amerika Serikat ini justru mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran terhadap ribuan pegawainya.
Dilansir dari CNBC, kinerja Amazon pada kuartal III didorong oleh meningkatnya permintaan layanan berbasis kecerdasan buatan (AI), khususnya pada segmen cloud computing dan iklan digital.
Total penjualan Amazon naik 13 persen menjadi 180,17 miliar dollar AS atau sekitar Rp 3.000,7 triliun (asumsi kurs Rp 16.649 per dollar AS). Capaian tersebut melampaui perkiraan analis sebesar 177,8 miliar dollar AS (Rp 2.958,9 triliun) menurut data LSEG.
Baca juga: Wall Street Hijau, Saham Amazon Jadi Penopang
Laba per saham tercatat 1,95 dollar AS (Rp 32.466), lebih tinggi dari estimasi rata-rata analis sebesar 1,57 dollar AS (Rp 26.166).
“Amazon memiliki keunggulan kompetitif yang kuat berkat skala bisnisnya yang tak tertandingi,” tulis analis Pivotal Research dalam catatan risetnya.
Mereka menilai Amazon masih memiliki peluang pertumbuhan besar di segmen AWS dan iklan digital yang ber-margin tinggi.
Unit cloud computing Amazon Web Services (AWS) kembali menjadi penopang utama laba perusahaan. Penjualan AWS naik 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 33 miliar dollar AS (Rp 549,4 triliun), melampaui ekspektasi pasar.
Unit ini menyumbang laba operasional sebesar 11,4 miliar dollar AS (Rp 189,8 triliun), atau sekitar dua pertiga dari total laba operasional Amazon.
Baca juga: PHK Terbesar, Amazon Pecat 14.000 Karyawan, Mau Pakai AI
Selain itu, bisnis iklan digital Amazon juga mencatat pertumbuhan signifikan, naik 24 persen menjadi 17,7 miliar dollar AS (Rp 294,7 triliun).
Amazon memperkirakan total belanja modal tahun ini mencapai 125 miliar dollar AS (Rp 2.081 triliun), naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 118 miliar dollar AS (Rp 1.964 triliun).
Chief Financial Officer Brian Olsavsky menyebut nilai investasi kemungkinan akan terus meningkat hingga 2026.
Meski kinerja AWS solid, Amazon tetap menghadapi persaingan ketat dari Google dan Microsoft. Pendapatan cloud Google tumbuh 34 persen, sementara Azure milik Microsoft naik 40 persen pada periode yang sama.
Kendati demikian, Amazon masih menjadi penyedia infrastruktur cloud terbesar di dunia. Analis menilai perusahaan tetap unggul dalam efisiensi dan skala bisnis, meski belum sepenuhnya memanfaatkan potensi besar dari proyek-proyek AI bernilai tinggi.
Baca juga: Amazon Pangkas 14.000 Pekerja demi Fokus ke Investasi AI
Untuk kuartal berikutnya, Amazon menargetkan penjualan antara 206 miliar hingga 213 miliar dollar AS (Rp 3.430,9 triliun–Rp 3.548,3 triliun).
Titik tengah proyeksi, yakni 209,5 miliar dollar AS (Rp 3.489,7 triliun), sedikit di atas perkiraan analis sebesar 208 miliar dollar AS (Rp 3.462,9 triliun) menurut LSEG.
Ilustrasi gudang Amazon.