KOMPAS.com - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) merupakan salah satu perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia. Vale bersama dengan Antam, menjadi dua perusahaan teratas dengan produksi nikel paling banyak di Tanah Air.
PT Vale Indonesia awalnya dikenal dengan nama PT International Nickel Indonesia (PT Inco). Itu sebabnya, kode emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai saat ini adalah INCO.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1968, setelah Pemerintah Indonesia menandatangani Kontrak Karya (KK) Generasi Pertama dengan International Nickel Company of Canada (INCO Limited), yang saat itu merupakan perusahaan tambang nikel besar dunia.
Saat ini, INCO sudah mendapatkan perpanjangan KK yang telah diamandemen dengan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada 13 Mei 2024 dan berlaku hingga 28 Desember 2035.
Baca juga: Siapa Pemilik Aqua Sekarang?
Mengutip situs resmi perusahaan, perusahaan ini mengelola tambang nikel dengan konsesi seluas 118.017 hektar meliputi Sulawesi Selatan (70.566 hektar), Sulawesi Tengah (22.699 hektar) dan Sulawesi Tenggara (24.752 hektar).
Vale mengoperasikan pabrik terbesarnya di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Fasilitas pengolahan atau smelter pertama kali beroperasi pada 1978, menandai dimulainya produksi nikel dalam bentuk matte (logam nikel campuran).
Nama perusahaan kemudian resmi berubah menjadi PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2011, mengikuti kebijakan global perusahaan induknya, Vale SA, yang juga melakukan rebranding di seluruh dunia.
Vale SA adalah perusahaan raksasa tambang asal Brasil yang berpusat di Rio De Janeiro yang beroperasi di lebih dari 30 negara. Perusahaan global ini mengendalikan Vale Indonesia melalui anak usahanya, Vale Canada Limited (VCL).
Sebagai informasi saja, awalnya pemilik PT Vale Indonesia Tbk dengan kepemilikan saham terbesar adalah VCL. Namun karena adanya kewajiban divestasi sebagaimana UU IUPK, saham VCL di Vale Indonesia menyusut.
Baca juga: Siapa Pemilik Patung GWK Bali, Punya Nyoman Nuarta atau Investor?
MIND ID awalnya menjadi pemegang 20 persen saham Vale Indonesia. Kemudian kembali mengakuisisi 14 persen saham pada Juli 2024, sehingga kepemilikan sahamnya menjadi mayoritas meski tetap di bawah 50 persen.
Sebanyak 14 persen saham Vale Indonesia didapat MIND ID dengan nominal pembelian sebesar 300 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,69 triliun.
Nominal akuisisi tersebut dibayarkan kepada Vale Canada Limited yang melepas saham sebesar 10,4 persen dan Sumitomo Metal Mining yang menjual sebanyak 3,6 persen saham.
Kini setelah proses divestasi selesai, pemilik Vale Indonesia saat ini adalah MIND ID dengan jumlah saham sebanyak 34 persen, Vale Canada Limited 33,88 persen, Sumitomo Metal Mining Co Ltd 11,48 persen, dan publik 20,64 persen.
Kegiatan utama PT Vale Indonesia berfokus pada penambangan dan pengolahan bijih nikel laterit menjadi nickel matte, yaitu produk antara dengan kandungan nikel sekitar 78 persen.
Produk ini kemudian diekspor ke pasar internasional, terutama ke Jepang dan negara lain yang memiliki industri pengolahan lanjutan.
Selain kegiatan tambang, PT Vale juga mengoperasikan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di tiga lokasi yakni Larona, Balambano, dan Karebbe, yang digunakan untuk menyuplai listrik ke fasilitas pengolahan nikel di Sorowako.
Baca juga: Siapa Pemilik Saham Perusahaan Pembuat Pagar Beton di Laut Cilincing?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang