KOMPAS.com – Universitas Trisakti (Usakti), atau lebih populer disebut Trisakti saja, merupakan salah satu perguruan tinggi swasta terbesar dan tertua di Indonesia yang memiliki sejarah panjang.
Universitas Trisakti berdiri pada 29 November 1965, dinisiasi oleh mahasiswa eks Universitas Res Publica (Ureca) yang menghadap Bung Karno agar bisa dibuka kembali. Usulan ini kemudian disetujui, Presiden RI pertama ini kemudian mengganti namanya menjadi Universitas Trisakti.
Nama "Trisakti" sendiri diambil dari ideologi Presiden Soekarno yang dikenal sebagai Trisakti, yaitu berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Nama Universitas Trisakti semakin dikenal luas setelah tragedi 12 Mei 1998, ketika empat mahasiswa Trisakti gugur dalam demonstrasi menuntut reformasi. Pasca-reformasi, Trisaksi terus berkembang menjadi salah satu kampus swasta terbesar di Indonesia.
Pasca-reformasi, 5 satuan pendidikan Trisakti non-universitas semakin berkembang pesat di bawah pengelolaan Yayasan Trisakti. Sementara Universitas Trisakti sendiri didera konflik sejak September 2002.
Baca juga: Siapa Pemilik Untar, Salah Satu Kampus Swasta Tertua di Indonesia?
Mengutip keterangan resmi Yayasan Trisakti, Ketua Umum Badan Badan Pengurus Yayasan Trisakti Himawan Brahmantyo mengungkapkan, kampus Trisaksti dibangun di atas puing-puing Universitas Res Publica yang luluh lantak pasca peristiwa G30S.
Dengan dukungan dari Soekarno yang saat itu masih menjadi sebagai presiden, kampus Universitas Res Publica kemudian dibangun ulang.
Menteri PTIP Brigjen Sjarif Thajeb kemudian membantu pembukaan kembali kampus Ureca dengan nama baru Trisakti pada 1965 di atas lahan eks Baperki (Badan Permusjawaratan Kewarganegaraan Indonesia).
Bahkan pada 1979, dikeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Daoed Joesoef Nomor 0281/U/1979 yang kemudian menyerahkan pembinaan, pengelolaan, serta aset bergerak maupun tidak bergerak kepada Yayasan Trisakti.
Menurut Himawan, Brigjen Sjarif Thajeb bersama dengan Sindhunata kala itu telah mengumpulkan uang sebanyak Rp 1.571.963 yang dipisahkan dari kekayaan mereka untuk mendirikan Yayasan Trisakti sesuai dengan Akta Nomor 31 Notaris Eliza Pondaag pada 27 Januari 1966.
"Fakta ini membuktikan bahwa Yayasan Trisakti bukan didirikan oleh pemerintah," jelas Himawan.
Saat baru bediri, Trisakti memiliki lima fakultas Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Teknik.
Beberapa tahun kemudian, pihak yayasan mendirikan Akademi Perhotelan dan Kepariwisataan Trisakti, lalu pada 1989 berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti.
Baca juga: Siapa Pemilik Binus, Kampus Swasta Ternama di Jakarta?
Pihak yayasan kemudian terus mengembangkan kampus dengan membentuk satuan pendidikan non-universitas antara lain Akademi Teknologi Grafika Trisakti pada 1985, Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti (STMT Trisakti) pada 1986, Akademi Asuransi Trisakti pada 1987, Akademi Akuntansi Trisakti pada 1993.
Beberapa tahun kemudian, terjadi konflik dalam pengelolaan kampus Universitas Trisakti. Belakangan, muncul dualisme kepengurusan yayasan lain yang meminta Universitas Trisakti dirubah menjadi kampus negeri berstatus PTN-BH.