Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi Energi Terbarukan Masih Minim, Uang Masih Mengalir ke Fosil

Kompas.com - 31/10/2025, 18:47 WIB
Debrinata Rizky,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Investasi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia masih jauh dari kebutuhan untuk mencapai target iklim nasional.

Temuan itu tertuang dalam pembaruan Dasbor Pembiayaan Sektor Ketenagalistrikan Indonesia 2019–2023 yang dirilis Climate Policy Initiative (CPI).

Direktur CPI Indonesia, Tiza Mafira, mengatakan total investasi sektor ketenagalistrikan selama lima tahun terakhir mencapai 38,02 miliar dolar AS, atau rata-rata 7,6 miliar dolar AS per tahun.

“Transisi energi Indonesia terus bergerak maju, namun keberhasilannya tidak hanya bergantung pada seberapa besar investasi yang dapat dimobilisasi, tetapi juga pada ke mana dan bagaimana investasi tersebut mengalir,” ujarnya di Jakarta, Jumat (31/10/2025).

Baca juga: Rukun Raharja (RAJA) Pilih Strategi Akuisisi untuk Masuk ke Bisnis EBT

Jumlah itu masih kurang dari setengah kebutuhan investasi tahunan sebesar 19,4 miliar dolar AS untuk memenuhi target penurunan emisi sesuai Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) 2030.

Rata-rata investasi tahunan untuk EBT hanya 1,79 miliar dolar AS, jauh di bawah kebutuhan 9,1 miliar dolar AS. Sebaliknya, investasi untuk bahan bakar fosil mencapai 2,55 miliar dolar AS per tahun.

CPI juga mencatat sekitar 10,63 miliar dolar AS investasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara selama periode 2019–2023 belum tercatat resmi. Kondisi ini menunjukkan masih lemahnya transparansi data investasi energi di Indonesia.

Pembiayaan swasta mendominasi sektor ketenagalistrikan dengan porsi 73,72 persen. Namun, 59,25 persen di antaranya masih untuk proyek berbasis fosil. Sumber dana terbesar berasal dari Tiongkok sebesar 2,48 miliar dolar AS dan Korea Selatan sebesar 1,52 miliar dolar AS.

Untuk EBT, 55 persen pembiayaan berasal dari dalam negeri, terutama untuk proyek panas bumi dan tenaga air. Tren positif muncul pada investasi tenaga surya dan angin yang meningkat dari 0,03 miliar dolar AS pada 2019 menjadi 0,68 miliar dolar AS pada 2023.

Baca juga: Laba HGII Rp 13,33 Miliar, Persiapkan Ekspansi ke Proyek Energi Terbarukan

CPI juga menyoroti efisiensi portofolio energi PLN. Biaya operasional per kWh untuk pembangkit fosil tercatat tinggi, seperti diesel Rp 2.541, gas Rp 1.450, dan batu bara Rp 603. Sebaliknya, energi terbarukan lebih efisien, seperti panas bumi Rp 977 dan tenaga air Rp 110.

Namun, tenaga surya PLN masih paling mahal, Rp 3.111 per kWh, karena faktor kapasitas PLTS di Indonesia baru 4 persen. Angka itu jauh di bawah rata-rata Asia Tenggara yang mencapai 16 persen. Jika efisiensi PLTS nasional naik ke level regional, biaya tenaga surya bisa turun hingga Rp 731 per kWh.

Tiza menegaskan pentingnya arah pembiayaan yang lebih tepat dan transparan untuk mempercepat transisi menuju energi rendah karbon.

“Data menunjukkan adanya kemajuan, tetapi bahan bakar fosil masih mendapatkan porsi investasi lebih dari dua kali lipat dibanding energi terbarukan. Dengan data yang kredibel, kebijakan dan investasi dapat lebih terarah,” ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IHSG Siap Rebound Awal Pekan? Pasar Nantikan Data Inflasi dan PMI Manufaktur
IHSG Siap Rebound Awal Pekan? Pasar Nantikan Data Inflasi dan PMI Manufaktur
Ekbis
Robert Kiyosaki Peringatkan 'Crash Besar', Ajak Investor Beralih ke Aset Ini
Robert Kiyosaki Peringatkan 'Crash Besar', Ajak Investor Beralih ke Aset Ini
Ekbis
10 Orang Terkaya di Dunia November 2025, Jeff Bezos Geser Zuckerberg
10 Orang Terkaya di Dunia November 2025, Jeff Bezos Geser Zuckerberg
Ekbis
Amazon Catat Kinerja Cemerlang, Tapi PHK 14.000 Karyawan
Amazon Catat Kinerja Cemerlang, Tapi PHK 14.000 Karyawan
Ekbis
Kinerja Pertumbuhan Kredit Perbankan Belum Maksimal, Bisa Tembus Target 2025?
Kinerja Pertumbuhan Kredit Perbankan Belum Maksimal, Bisa Tembus Target 2025?
Ekbis
Nobu Bank Rilis QRIS Tap untuk Pembayaran Transportasi Publik
Nobu Bank Rilis QRIS Tap untuk Pembayaran Transportasi Publik
Keuangan
Pemerintah Berencana Terapkan PPh Final UMKM 0,5 Persen Tanpa Batas Waktu
Pemerintah Berencana Terapkan PPh Final UMKM 0,5 Persen Tanpa Batas Waktu
Ekbis
Ban Bekas Mobil Tangki BBM Dimanfaatkan untuk Mitigasi Abrasi di Poso
Ban Bekas Mobil Tangki BBM Dimanfaatkan untuk Mitigasi Abrasi di Poso
Energi
KKP Siapkan Sertifikat Bebas Cs-137 agar Udang RI Tembus Pasar AS
KKP Siapkan Sertifikat Bebas Cs-137 agar Udang RI Tembus Pasar AS
Ekbis
Terapkan ESG, Blibli Tiket Ajak Mahasiswa Terlibat Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Terapkan ESG, Blibli Tiket Ajak Mahasiswa Terlibat Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Ekbis
Jelang Akhir Tahun, Blibli Tiket Rewards Bisa Ditukar Jadi GarudaMiles
Jelang Akhir Tahun, Blibli Tiket Rewards Bisa Ditukar Jadi GarudaMiles
Belanja
Asosiasi Konstruksi Bawah Tanah Dibentuk, Dorong Sinergi Industri dan Sertifikasi Tenaga Ahli
Asosiasi Konstruksi Bawah Tanah Dibentuk, Dorong Sinergi Industri dan Sertifikasi Tenaga Ahli
Industri
Dana Kelolaan Reksa Dana Campuran BRI-MI Tembus Rp 2,32 Triliun
Dana Kelolaan Reksa Dana Campuran BRI-MI Tembus Rp 2,32 Triliun
Keuangan
Penjualan Nikel Melonjak, PAM Mineral (NICL) Raup Pendapatan Rp 1,35 T
Penjualan Nikel Melonjak, PAM Mineral (NICL) Raup Pendapatan Rp 1,35 T
Energi
Pintu dan Julo Kolaborasi Dorong Literasi Keuangan dan Investasi Digital
Pintu dan Julo Kolaborasi Dorong Literasi Keuangan dan Investasi Digital
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau