Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemerdekaan Palestina Adalah “Utang Sejarah” yang Belum Dituntaskan Indonesia

Kompas.com - 02/11/2025, 13:23 WIB
Tria Sutrisna,
Nawir Arsyad Akbar

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Anis Matta menegaskan, perjuangan kemerdekaan Palestina adalah utang sejarah yang belum dituntaskan Indonesia sejak masa lalu.

Dia menilai semangat yang dimuncul pada masa Presiden pertama RI Soekarno itu, kini kembali dihidupkan di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, melalui keterlibatan aktif Indonesia dalam upaya perdamaian global.

“Yang tersisa dari semangat Bandung itu sebenarnya tinggal satu ini, Palestina. Itu artinya masih ada utang sejarah yang kita belum tuntaskan. Dan menuntaskan utang sejarah inilah yang sedang dilakukan oleh Pak Prabowo sekarang,” ujar Anis dalam siniar Gaspol Kompas.com, Minggu (2/11/2025).

Baca juga: MUI-DPR Bakal Gelar Konferensi Asia-Pasifik Dukung Palestina 7-8 November

Anis mengingatkan, posisi Indonesia yang kini kembali dihormati di dunia internasional bukanlah hal yang datang tiba-tiba ketika Presiden Prabowo memimpin

Menurut dia, sejak masa Presiden Soekarno, Indonesia telah memainkan peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa-bangsa yang masih terjajah. Salah satunya dengan menginisiasi Konferensi Asia-Afrika (KAA).

“Posisi Indonesia dihargai di mata dunia. Tapi sebenarnya peranan ini sudah pernah kita lakukan sebelumnya. Di era Bung Karno dulu tahun 1955 kan kita yang menginisiasi Konferensi Asia Afrika di Bandung dan kemudian ikut melahirkan Gerakan Non-Blok di masa Perang Dingin,” tutur Anis.

Baca juga: RI Kutuk Israel yang Bikin UU Kedaulatan untuk Caplok Palestina

Anis menjelaskan, semangat yang lahir dari KAA 1955 membawa satu narasi tunggal, yakni perjuangan untuk kemerdekaan dan perlawanan terhadap imperialisme.

Indonesia yang saat itu baru sepuluh tahun merdeka, lanjut Anis, memprakarsai forum tersebut di tengah situasi dalam negeri yang masih sulit.

“Semangat Bandung atau ruhnya Bandung itu waktu itu datang dengan satu narasi tunggal: kemerdekaan melawan imperialisme. Karena banyak dari anggotanya yang masih belum merdeka sampai tahun itu, dan kita juga baru 10 tahun merdeka,” kata Anis.

Dia menambahkan, meski Indonesia saat itu baru keluar dari masa agresi Belanda dan baru menyelenggarakan pemilu pertama, pemerintahan yang ada memiliki legitimasi besar untuk memimpin gerakan solidaritas Dunia Selatan (Global South).

“Dalam kondisi baru merdeka, masih terseok-seok, kita sudah mengundang negara-negara selatan yang pernah dijajah untuk hadir dalam konferensi ini dan menebarkan semangat perlawanan untuk merdeka,” ucapnya.

Baca juga: Prabowo: Indonesia dan Brasil Ingin Gencatan Senjata dan Perdamaian di Palestina

Dari semangat yang lahir di Bandung itu, hampir seluruh negara di Asia dan Afrika akhirnya memperoleh kemerdekaannya pada dekade 1960-an. Hanya dua negara yang sempat tertinggal, yakni Afrika Selatan dan Palestina.

“Alhamdulillah kira-kira dari tahun itu sampai tahun 1960-an hampir semua negara merdeka. Kecuali nanti ada dua yang belakangan yaitu Afrika Selatan yang akhirnya juga berhasil merdeka zamannya Nelson Mandela. Nah yang tersisa dari semangat Bandung itu sebenarnya tinggal Palestina,” ungkap Anis.

Kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh di Mesir dinilai menjadi kelanjutan dari tradisi diplomasi Indonesia yang berpihak pada kemerdekaan dan keadilan.

Baca juga: PKS Harap Kemenhan Tambah Jumlah Kadet Unhan dari Palestina

Menurut Anis, partisipasi Indonesia dalam forum tersebut mempertegas posisi Indonesia di mata dunia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau