Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspektasi Vs Realita Wisata Bali yang Disorot Media Asing

Kompas.com - 30/09/2025, 12:01 WIB
Anggara Wikan Prasetya

Penulis

KOMPAS.com - Bali selama ini memang dikenal sebagai destinasi wisata kelas dunia. Banyak orang dari seluruh dunia berkunjung ke sana.

Kombinasi antara keindahan alam dan kekayaan budaya, membuat banyak wisatawan penasaran untuk bisa menyaksikannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, wajah Bali kini semakin diperdebatkan. Media asing, seperti BBC ikut menyorotinya.

Baca juga: Cerita Turis AS Gagal Liburan ke Bali karena Halaman Paspornya Penuh

Ekspektasi vs realita wisata Bali

Gambaran Bali yang romantis dan menenangkan kerap dibagikan lewat media sosial: matahari terbenam yang memukau, kafe estetik, hingga minuman tropis nan segar.

Namun bagi sebagian wisatawan, kenyataan yang ditemui justru berbeda. Sampah yang menumpuk di pantai, macet di jalanan, dan hiruk-pikuk pembangunan sering kali mengaburkan citra “surga spiritual” yang dulu dijanjikan.

Dilansir dari laman BBC, salah satunya dialami wisatawan bernama Zoe Rae. Dengan ekspektasi tinggi setelah melihat potret Bali di Instagram, ia merasa kecewa ketika akhirnya tiba.

Alih-alih menikmati ulang tahun di Bali, Zoe memutuskan untuk pindah ke Dubai secara mendadak.

Namun menurut Hollie Marie, kreator konten asal Inggris yang kini menetap di Bali, banyak wisatawan hanya terjebak di area populer yang penuh kafe dan spot Instagramable.

Padahal, Bali masih menyimpan pesona alam otentik, mulai dari menyelam di laut utara hingga menyaksikan matahari terbit.

Baca juga: Bandara Bali Buka 2 Rute Baru ke China dan Korea Selatan, Pasar Penting Pariwisata

Hal serupa juga diungkapkan Canny Claudya, yang menilai masalah utama ada pada pilihan lokasi wisata: “Kalau merasa Bali terlalu padat, berarti Anda salah memilih tempat.”

Perubahan wajah Bali

Penduduk setempat justru merasakan dampak paling nyata dari ledakan pariwisata. Ni Kadek Sintya, misalnya, mengenang masa ketika ia bisa berkendara dengan tenang melewati sawah di Canggu.

Kini, kawasan itu berubah menjadi salah satu titik macet terparah di Bali. Desa nelayan yang dulunya sepi pun bertransformasi menjadi magnet peselancar internasional, mengikuti jejak Uluwatu dan Seminyak.

Baca juga: Usai Banjir Besar, Bali Akan Setop Izin Pembangunan Hotel di Lahan Produktif

Peneliti I Made Vikannanda menilai kekecewaan wisatawan pada Bali yang semakin padat sebenarnya disebabkan oleh ulah wisatawan itu sendiri.

Peningkatan hotel, kafe, dan vila—khususnya milik investor asing, mendorong pembangunan yang menggerus sawah, pura, hingga struktur sosial masyarakat lokal.

Bali dan bayangan negatif pariwisata

Selain masalah infrastruktur, citra Bali juga kerap tercoreng oleh ulah turis nakal. Kasus kecelakaan skuter akibat mabuk, perilaku tak senonoh di area suci, hingga deportasi wisatawan asing menjadi berita rutin.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Travel News
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Travel News
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
Travel News
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Travel News
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
Travelpedia
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
Travel News
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Travel News
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Travel News
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Travel News
Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani 2025 Terbaru, Simak!
Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani 2025 Terbaru, Simak!
Travel News
3 November, Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani Naik
3 November, Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani Naik
Travel News
Tak Menyeramkan, Hantu di Saloka Theme Park Diajak Foto Manusia
Tak Menyeramkan, Hantu di Saloka Theme Park Diajak Foto Manusia
Travelpedia
Mengenal Rapa’i Uroh Duek, Alat Musik Tradisional Lhokseumawe
Mengenal Rapa’i Uroh Duek, Alat Musik Tradisional Lhokseumawe
Travelpedia
Sejarah Keraton Surakarta, Dulu Istana Kerajaan Mataram Islam
Sejarah Keraton Surakarta, Dulu Istana Kerajaan Mataram Islam
Travelpedia
Pakubuwono XIII Wafat, Raja Keraton Surakarta yang Naik Tahta Sejak 2004
Pakubuwono XIII Wafat, Raja Keraton Surakarta yang Naik Tahta Sejak 2004
Travelpedia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau