KOMPAS.com – Perkembangan era digital membawa perubahan signifikan dalam kebiasaan membaca, terutama di kalangan mahasiswa yang semakin terbiasa dengan bahan ajar berbasis digital.
Meski begitu, Universitas Terbuka (UT) tetap mempertahankan distribusi buku cetak sebagai bagian dari sistem pembelajaran mereka, sembari melakukan inovasi dalam kemasan dan distribusinya.
Meskipun era digital menawarkan pilihan untuk membaca secara praktis dengan hadirnya e-book dan memang anak muda lebih menyukai hal digital daripada buku fisik yang dilabeli “kuno”, efektivitas pembelajaran melalui media buku fisik ternyata lebih baik daripada media digital.
Baca juga: Wamen Stella: Negara di ASEAN Perlu Desain Pendidikan Literasi di Tengah Maraknya AI
Rektor Universitas Terbuka Mohamad Yunus, mengatakan, meskipun mahasiswa cenderung menyukai bahan ajar digital, mereka tetap membutuhkan buku cetak untuk pembelajaran jangka panjang.
“Mahasiswa senang dengan bahan digital, tetapi tidak untuk sesuatu yang harus dipelajari dalam waktu lama. Kalau mereka membaca dari layar terlalu lama, biasanya mereka tidak kuat lebih dari satu jam,” ujar Yunus di Purwakarta, Selasa (11/03/25).
”Bahan ajar cetak akan tetap dibutuhkan. Karena habit atau kebiasaan itu tidak akan mudah berubah,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, bahan ajar merupakan tahap awal pembelajaran di Universitas Terbuka. Sebelum mengikuti sesi tutorial, mahasiswa diwajibkan membaca bahan ajar terlebih dahulu.
“Setelah membaca, mereka akan masuk ke tahap pendalaman dalam tutorial yang berlangsung selama delapan pertemuan. Karena itu, bahan ajar harus sampai dengan nyaman dan aman,” tambahnya.
Bahan ajar yang diterima mahasiswa meliputi Buku Materi Pokok (BMP) dan BMP Plus (BMP yang terintegrasi dengan audio/video/grafis). Disediakan juga panduan praktik/praktikum, Kit Praktik untuk mata kuliah praktik/praktikum, Bahan Ajar Interaktif (BAI), yaitu buku cetak yang dilengkapi dengan media pendukung seperti video pembelajaran, audio, hingga teknologi AR/VR Bahan Ajar Digital (BAD).
Baca juga: Dosen UAD Beri Pendampingan Bahan Ajar Muatan Lokal bagi Guru SMA
Rektor UT menjelaskan, pihaknya akan memberikan dua bentuk bahan ajar kepada mahasiswa. Setelah mendaftar di kampus tersebut, mahasiswa langsung mendapatkan akses ke bahan ajar digital dalam 24 jam setelah mendapatkan paket fisiknya.
“Mahasiswa itu memperoleh 2 kemasan bahan ajar. Pertama adalah bahan ajar cetak, dan kedua begitu mahasiswa mendaftar bahan ajar, dia juga dalam 24 jam akan memperoleh bahan ajar digital,” jelas Yunus.
Pendekatan UT dalam mempertahankan buku cetak didukung oleh sejumlah penelitian ilmiah. Dalam konteks efektivitas pembelajaran, sebuah studi oleh Virginia Clinton (2019) berjudul "Reading from Paper Compared to Screens: A Systematic Review and Meta-Analysis" menunjukkan bahwa pemahaman membaca dari buku cetak lebih baik dibandingkan dari layar. Buku cetak juga mengurangi distraksi yang sering muncul dalam perangkat digital.
Baca juga: Tips Mendidik Anak di Era Digital dari Kak Seto, Pendidikan Agama Jadi Fondasi
Selain itu, membaca buku cetak melibatkan pengalaman fisik, seperti memegang buku, membalik halaman, dan menandai bagian penting membantu otak membuat “peta” visual, yang meningkatkan retensi informasi. Interaksi fisik ini berbeda dengan membaca di layar.
Mangen dan van der Weel (2016) dalam penelitiannya yang berjudul "The evolution of reading in the age of digitisation: an integrative framework for reading research" menyatakan bahwa buku cetak memberikan pengalaman nyata yang tidak ditemukan pada e-book. Sentuhan layar memiliki pengalaman fisik yang berbeda, yang ternyata juga memengaruhi cara otak memproses informasi.
Saat ini, UT mengirimkan sekitar 75.000 eksemplar buku ajar per tahun. Namun, angka tersebut diprediksi meningkat seiring pertumbuhan jumlah mahasiswa, dengan estimasi pengiriman mencapai 700.000 eksemplar pada semester ini. Universitas Terbuka juga menargetkan jumlah mahasiswa untuk terus bertambah hingga mencapai 1 juta peserta didik pada akhir 2026.
“Jadi harapannya tidak boleh ada keterputusan waktu dan proses belajar mahasiswa. Kalau dia di rumah dia bisa sempat dengan yang tercetak, tapi kalau dia sambil bekerja dia juga bisa manfaatkan yang digital," tutup Yunus.
Semantara itu, Hari Susanto S., Manufacture Group Director Kompas Gramedia menyatakan bahwa UT saat ini bekerja sama dengan PT Penjalindo Nusantara (Metaform) untuk mengembangkan kemasan baru bagi bahan ajar mahasiswa.
Desain kemasan terbaru memungkinkan fleksibilitas dalam menyimpan berbagai ukuran buku, yang diharapkan dapat mengurangi jumlah Stock Keeping Unit (SKU) dan meningkatkan efisiensi logistik.
“Kami dari PT Penjalindo mengapresiasi kerja sama ini. Desain inovatif ini membantu Universitas Terbuka dalam mengelola inventaris serta memastikan bahan ajar sampai dengan aman dan tepat waktu,” ujar Hari dalam acara Peluncuran Kemasan Baru Bahan Ajar Universitas Terbuka di Pabrik Metaform, Purwakarta, Selasa (11/03/25).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.