KOMPAS.com - Gen Z kini menjadi kelompok demografis terbesar di Indonesia, dengan populasi sekitar 74,99 juta jiwa atau hampir 30 persen dari total penduduk.
Potensi ini bisa menjadi aset besar bagi negara jika diimbangi dengan akses pendidikan yang merata dan peluang kerja yang memadai.
Tapi, di tengah perkembangan teknologi, dinamika ekonomi, dan persaingan global yang semakin ketat, Gen Z menghadapi tantangan dunia kerja yang tidak bisa dihadapi hanya dengan kemampuan akademik.
Dibutuhkan sejumlah soft skills yang kerap disebut sebagai senjata utama untuk bertahan sekaligus berkembang.
Baca juga: Pemerintah Akan Perkuat Hard Skill dan Soft Skill sejak Pendidikan Dasar
Deloitte Insights merangkum hasil Deloitte Global’s 2025 Gen Z and Millennial Survey yang menunjukkan bahwa generasi ini memprioritaskan mentorship, makna dalam pekerjaan, dan keamanan finansial.
Menariknya, hanya 6 persen Gen Z dan milenial yang menyatakan bahwa tujuan karier mereka adalah mencapai posisi kepemimpinan tertinggi. Artinya, semakin sedikit yang mengejar jabatan puncak, dan lebih banyak yang memilih fokus pada peluang belajar, pengembangan diri, serta membangun keamanan finansial.
Pendekatan ini dinilai dapat menjadi kunci bagi tenaga kerja Gen Z untuk tetap tangguh menghadapi berbagai guncangan dinamika kehidupan.
KOMPAS.com merangkum dari Deloitte Insights, ada sejumlah keterampilan kunci yang dinilai penting dan perlu dimiliki Gen Z.
Data menunjukkan bahwa AI kini sudah menjadi bagian dari keseharian generasi muda, dengan 57 persen Gen Z mengadopsi teknologi ini dalam pekerjaan mereka. Sejalan dengan itu, mayoritas menganggap keterampilan AI menjadi salah satu syarat penting untuk kemajuan karier.
Baca juga: Bill Gates Prediksi Guru Akan Digantikan AI dalam 10 Tahun Mendatang
Suka atau tidak, AI dan teknologi digital akan terus hadir dalam kehidupan kita. Karena itu, Gen Z perlu mengembangkan diri dan mengadopsinya dengan cara yang tepat agar tetap relevan di era yang serba digital.
CEO Nvidia, Jensen Huang, juga menekankan pentingnya memahami dan berinteraksi secara efektif dengan berbagai alat AI seperti ChatGPT, Gemini Pro, dan Grok. Menurutnya, keterampilan AI akan menjadi kebutuhan di hampir semua industri di masa depan.
Meski AI dan teknologi digital dapat membantu mempermudah pekerjaan, Huang mengingatkan bahwa ada keterampilan yang tetap perlu diasah di bidang ini.
“Kamu tidak bisa hanya secara acak mengajukan banyak pertanyaan. Meminta AI menjadi asistenmu membutuhkan keahlian dan seni dalam membuat prompt,” ujarnya, dikutip dari Times of India pada jumat (8/8/2025).
Di sisi lain, kemampuan teknologi bukan satu-satunya prioritas utama. Ada soft skills lain yang dinilai sama pentingnya, salah satunya adalah kemampuan berjejaring.
Baca juga: Gen Z Andalkan ChatGPT untuk Curhat, Ini Kata CEO OpenAI
Apalagi, bagi Gen Z yang mengutamakan mentorship dan makna dalam pekerjaan, jejaring yang kuat menjadi fondasi untuk mewujudkannya.