KOMPAS.com - Meski Tiktok Live sudah kembali bisa digunakan oleh warga Indonesia pada Selasa (2/9/2025), alasan dinonaktifkannya masih menimbulkan keraguan di benak beberapa orang.
Sempat ramai diduga bahwa fitur tersebut sengaja dimatikan untuk menghalangi warga yang hendak melakukan siaran langsung mengenai kondisi real time dari sejumlah titik aksi demonstrasi. Hal ini lantas menimbulkan perdebatan.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Syaifa Tania, turut mengungkap pendapatnya mengenai peristiwa ini.
Baca juga: Dosen UMY Jelaskan Kena Gas Air Mata Berulang Berisiko Rusak Kesehatan Jangka Panjang
“Penonaktifan fitur ini tentu mengakibatkan masyarakat kehilangan satu saluran informasi yang penting untuk berbagi informasi secara langsung,” ujar Tania, dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (4/9/2025).
Padahal, Tiktok Live bisa dijadikan wadah untuk warga memproduksi konten sebagai bentuk jurnalisme warga.
Kemudian, kemudahan yang diberikan juga memungkinkan masyarakat mengetahui situasi di sekitarnya secara real time, apakah aman atau sedang berbahaya.
Tidak adanya ruang komunikasi yang terbuka secara tidak langsung seolah menghilangkan hak masyarakat untuk berekspresi. Publik juga tidak dapat menyampaikan pendapat dan saling terhubung dengan satu sama lain.
Menurut Tania, kondisi ini membuat masyarakat hanya dapat bergantung pada media arus utama, akan tetapi kecepatan informasinya lebih rendah.
Baca juga: Mahasiswa dan Rakyat Malaysia Demo di Depan KBRI Kuala Lumpur, Dukung Demokrasi Indonesia
“Dalam kondisi saat ini masyarakat justru membutuhkan platform untuk memfasilitasi proses komunikasi yang lebih terbuka”, ucapnya.
Dosen Komunikasi UGM ini juga mengungkap bahwa dampaknya sampai pada pelaku bisnis UMKM dan affiliate yang menjalankan pekerjaannya di Tiktok.
Menurutnya, kebijakan yang diterapkan seharusnya lebih memperhatikan resiko dan disikapi dengan bijaksana.
Misalnya, pertimbangan fitur yang beresiko jika dinonaktifkan, durasi penonaktifan, dan transparansi alasan mengapa keputusan penonaktifan diambil.
Baca juga: BEM Trisakti: Mahasiswa Terpelajar Tak Mungkin Demo Anarkistis
Sebelumnya, pemerintah dan TikTok telah memberikan keterangan bahwa penonaktifan fitur live TikTok bersifat sukarela dari pihak TikTok, bukan arahan pemerintah.
TikTok sendiri menjelaskan bahwa langkah tersebut dilakukan untuk menjaga platform tetap menjadi ruang yang aman dan beradab, mengingat pada saat itu kekerasan dalam aksi unjuk rasa semakin meningkat.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini