Fungsinya untuk mengidentifikasi rencana aksi nasional bidang pangan dan gizi. Ada peta kebutuhan sesuai jenjang pendidikan mulai PAUD, SD, SMP, hingga SMA.
“Nantinya disusun dalam bentuk panduan implementasi di masing-masing satuan pendidikan. Jadi ada rencana aksi nasional yang berkelanjutan dari 2025-2029,” ucapnya.
Baca juga: HUT ke-30 Kompas.com, Mendikdasmen: Menginspirasi Perkuat Tradisi Literasi
Aspek ketiga adalah peningkatan kualitas SDM untuk meningkatkan kompetensi guru dengan memberi pelatihan di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV).
Targetnya adalah guru-guru SMK sehingga mereka paham kurikulum dengan baik, kemudian mengimplementasikan dan mengimbaskan kepada anak didiknya.
“Sehingga dari SDM unggul inilah lahir anak-anak SMK yang sudah belajar tentang kebutuhan industri dan jadi wirausaha,” imbuh Hafidz.
Aspek keempat adalah taut suai yang menekankan pentingnya penyelarasan antara dunia pendidikan dan industri. Upayanya melalui identifikasi potensi-potensi kemitraan.
Realisasinya berupa penyelarasan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri. Ada pula kesempatan magang bagi lulusan SMK di dunia industri sehingga kompetensi mereka betul-betul sesuai kebutuhan industri.
“Jadi jangan sampai sekolah mengajar apa, tapi industri perlunya apa, enggak match. Sehingga kita satukan,” tambahnya.
Tidak hanya itu, pengutamaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam lingkup literasi pangan, khususnya dalam pendidikan vokasi dan industri pangan, juga penting untuk diperhatikan.
Hafidz mengungkapkan bahwa Badan Bahasa terus mengembangkan kamus istilah di bidang pangan sehingga modul pengajaran bukan menggunakan bahasa asing, melainkan bahasa Indonesia.
Untuk itu, disusunlah padanan istilah asing di bidang pangan sesuai klasifikasi, misalnya pertanian, peternakan, dan perkebunan.
“Kita kawal agar saat menggunakan istilah sudah ada kamusnya sehingga mengarahkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah,” tuturnya.
Baca juga: Ketika Literasi Digital dan STEM Berpadu, Tambah Ilmu bagi Siswa dan Guru
Berkaitan dengan hal itu, Deputi Bidang Penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi Lembaga Administrasi Negara (LAN), Basseng, menuturkan bahwa pihaknya pun ikut berperan dalam gerakan literasi pangan melalui pembekalan kompetensi kepada aparatur sipil negara (ASN) dan berbagai pihak terkait.
Dalam hubungan dengan Badan Bahasa, bisa dilihat kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan melalui perubahan pada sekolah menengah kejuruan (SMK).
“SMK diarahkan supaya bisa terkait erat dengan dunia industri. Artinya, para siswa dan produk-produk SMK bisa berkontribusi terhadap industri di Indonesia,” ucap Basseng.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya