Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Era Hoaks AI dan Deepfake, Guru Besar: Pendidikan Etika Digital Harus Dimulai Sejak Dini

Kompas.com - 01/11/2025, 10:10 WIB
Davina Keisha Salsabila,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

Sikap mencerminkan kecenderungan individu untuk memilih atau menolak konten tertentu, norma sosial menunjukkan pengaruh lingkungan terhadap perilaku bermedia, sementara kualitas konten berkaitan dengan sejauh mana informasi dinilai relevan dan dapat dipercaya.

Melalui temuan ini, Keni menekankan bahwa pembuat konten digital harus mempertimbangkan dampak sosial dari setiap karya yang mereka unggah.

Informasi yang menarik belum tentu benar, dan konten yang viral belum tentu memiliki nilai edukatif.

Membangun Ketahanan Informasi di Tengah Gelombang Disinformasi

Ketahanan informasi tidak hanya dibangun dari sisi teknologi, tetapi juga melalui kecerdasan kolektif masyarakat dalam mengenali, menyeleksi, dan memverifikasi sumber informasi.

Menurutnya, literasi digital harus melampaui pemahaman teknis seperti menggunakan media sosial, melainkan juga mencakup kemampuan menilai keaslian sumber dan memahami motif di balik setiap pesan yang beredar.

Dalam konteks perkembangan AI, masyarakat perlu menyadari bahwa video atau gambar yang terlihat nyata belum tentu mencerminkan kebenaran.

Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis dan kesadaran etis menjadi bagian penting dari ketahanan digital bangsa.

“Belajar dari kasus-kasus hoaks dan disinformasi yang muncul, kita harus mulai membangun budaya digital yang tidak hanya reaktif, tetapi juga reflektif,” ujarnya.

Baca juga: ITB Bangun Laboratorium AI Skala Nasional

Menghubungkan Nilai Sosial dan Tanggung Jawab Digital

Dalam penelitiannya yang terbit di Journal of Islamic Marketing (2024), Keni menyoroti bahwa pembentukan preferensi digital masyarakat Indonesia juga dipengaruhi oleh nilai sosial dan spiritual.

Konten yang memiliki nilai kemanusiaan dan kebaikan cenderung lebih diterima dan dipercaya publik dibandingkan konten sensasional atau provokatif.

Karena itu, ia menekankan pentingnya menghubungkan nilai sosial dengan tanggung jawab digital.

“Dengan etika, kejujuran, dan kredibilitas, para pembuat konten bisa menjadi garda depan dalam melawan hoaks, sekaligus menciptakan ruang digital yang lebih positif dan bertanggung jawab,” tutup Keni.

Baca juga: CEO Nvidia: Profesi Paling Dibutuhkan di Era AI, Bukan Pekerja Kantoran

Pengukuhan Guru Besar dan Harapan ke Depan

Acara pengukuhan Guru Besar Untar ini juga menjadi momentum bagi Keni untuk menyerukan sinergi antara akademisi, industri, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan era digital.

Ia berharap riset dan praktik di bidang manajemen konten digital dapat menjadi landasan dalam membangun ekosistem informasi yang sehat dan beretika di Indonesia.

Melalui kolaborasi lintas sektor, Keni meyakini bahwa literasi digital dapat menjadi kekuatan bangsa dalam menghadapi gempuran disinformasi berbasis teknologi, sekaligus menegaskan kembali nilai kemanusiaan di tengah kemajuan AI.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau