WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat baru-baru ini mengonfirmasi tuduhan lama bahwa Rusia telah menggunakan rudal dari Korea Utara dalam perangnya di Ukraina.
Menurut laporan dari Badan Intelijen Pertahanan (DIA) Pentagon, puing-puing rudal yang ditemukan di wilayah Kharkiv, Ukraina, pada Januari tahun ini berasal dari rudal balistik jarak pendek yang dibuat di Korea Utara.
“Analisis mengonfirmasi bahwa Rusia menggunakan rudal balistik yang diproduksi di Korea Utara dalam perangnya melawan Ukraina,” kata DIA dalam sebuah pernyataan yang dirilis bersama laporan tersebut pada Rabu (29/5/2024).
Baca juga: Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan
“Puing-puing rudal Korea Utara ditemukan di berbagai balahan Ukraina,” tambah mereka, dikutip dari AFP.
Korea Selatan juga pernah menuduh Korea Utara mengirimkan ribuan kontainer amunisi ke Rusia, yang akan melanggar sanksi-sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap kedua negara.
Namun, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah membantah tuduhan bahwa Pyongyang mengirim senjata ke Rusia, dan menyebut klaim tersebut “tidak masuk akal”.
"Kami tidak berniat mengekspor kemampuan teknis militer kami ke negara mana pun,” kata Kim Yo Jong.
Namun, para ahli berpendapat uji coba baru-baru ini, yang telah membuat Korea Utara berulang kali menembakkan roket, rudal jelajah, dan rudal balistik, mungkin merupakan senjata yang ditujukan untuk digunakan di medan perang di Ukraina.
Laporan DIA membandingkan gambar-gambar di media pemerintah Korea Utara dengan foto-foto lain yang menunjukkan puing-puing rudal di wilayah Kharkiv, Ukraina, pada bulan Januari.\
Baca juga: Para Pembelot Korea Utara Sulit Cari Pekerjaan dan Terancam Dipulangkan
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan kepada AFP bahwa mereka tidak memiliki komentar atas laporan tersebut.
Pyongyang dan Rusia sendiri telah bergerak untuk meningkatkan hubungan dalam beberapa bulan terakhir.
Kim Jong Un mengunjungi Rusia tahun lalu untuk menghadiri KTT dengan Putin guna mempererat hubungan yang semakin dalam, dalam sebuah perjalanan ke luar negeri yang jarang dilakukan oleh pemimpin Korea Utara yang tertutup itu.
Kremlin mengatakan kepada media Rusia bulan ini bahwa kunjungan balasan oleh Putin ke Korea Utara “sedang dipersiapkan”.
Putin terakhir kali mengunjungi Pyongyang pada 2000, hanya beberapa bulan setelah memasuki Kremlin, untuk pertemuan dengan Kim Jong Il, ayah dan pendahulu Kim Jong Un.
Korea Utara dilarang oleh sanksi PBB untuk melakukan uji coba menggunakan teknologi balistik.
Namun, Moskwa menggunakan hak veto Dewan Keamanan PBB pada Maret lalu untuk secara efektif mengakhiri pemantauan PBB terhadap pelanggaran yang dilakukan Korut, dan Pyongyang secara khusus berterima kasih kepada Rusia.
Baca juga: Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini