Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hampir 2 Tahun Perang, Bagaimana Hamas Bayar Gaji Ribuan PNS?

Kompas.com - 07/08/2025, 12:22 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

Sebelum perang, satu kotak rokok 20 batang harganya 5 dollar AS (Rp 81.494). Kini, harganya lebih dari 170 dollar AS (Rp 2,7 juta).

Kekurangan makanan yang parah dan meningkatnya kasus kekurangan gizi akut di Gaza juga membuat harga satu kilogram (kg) tepung telah mencapai 80 dollar AS (Rp 1,3 juta), harga tertinggi sepanjang masa di Palestina.

Baca juga: Hamas Tuntut Israel Penuhi Syarat Sebelum Berikan Bantuan ke Sandera

Sistem pembayaran gaji PNS yang kompleks dan berbahaya

Di Gaza, yang menjadi medan perang Israel berkepanjangan, sistem perbankan tidak berfungsi.

Sistem pembayaran gaji pegawai di bawah Hamas sangatlah kompleks dan terkadang berbahaya.

Israel secara teratur mengidentifikasi dan menargetkan distributor gaji pegawai Hamas, berusaha mengganggu kemampuan kelompok ini untuk memerintah.

Para pegawai, mulai dari petugas polisi hingga pejabat pajak, sering kali menerima pesan terenkripsi di ponsel mereka sendiri atau ponsel pasangan mereka, yang menginstruksikan mereka untuk pergi ke lokasi tertentu pada waktu tertentu untuk "bertemu teman minum teh".

Di titik pertemuan, pegawai tersebut akan dihampiri oleh seorang pria atau kadang seorang wanita, yang secara diam-diam menyerahkan amplop tersegel berisi uang sebelum menghilang tanpa interaksi lebih lanjut.

Baca juga: Macron yang Bakal Akui Negara Palestina, Kini Kecam Video Penyanderaan Hamas

Seorang pegawai di Kementerian Urusan Agama Hamas, yang tidak ingin disebutkan namanya demi alasan keamanan, menggambarkan bahaya yang terlibat dalam pengambilan gajinya.

"Setiap kali saya pergi untuk mengambil gaji, saya mengucapkan selamat tinggal kepada istri dan anak-anak saya. Saya tahu saya mungkin tidak akan kembali," katanya.

"Beberapa kali, serangan Israel telah menghantam titik distribusi gaji. Saya selamat dari serangan yang menargetkan pasar yang ramai di Kota Gaza," ungkapnya.

Alaa, nama samaran, adalah seorang guru yang bekerja untuk pemerintahan yang dijalankan oleh Hamas dan satu-satunya pencari nafkah untuk keluarga yang beranggotakan enam orang.

"Saya menerima 1.000 shekel (sekitar 300 dollar AS atau setara Rp 4,9 juta) dalam uang kertas lusuh, tidak ada pedagang yang mau menerimanya. Hanya 200 shekel (Rp 948.634) yang bisa digunakan, sisanya, saya jujur tidak tahu harus diapakan," katanya kepada BBC.

"Setelah dua setengah bulan kelaparan, mereka membayar kami dengan uang yang compang-camping," lanjutnya.

"Saya sering terpaksa pergi ke titik distribusi bantuan dengan harapan mendapatkan tepung untuk memberi makan anak-anak saya. Terkadang, saya berhasil membawa sedikit pulang, tetapi sering kali saya gagal," ungkapnya.

Selain pembayaran uang tunai, Hamas telah mendistribusikan paket makanan kepada anggotanya dan keluarga mereka melalui komite darurat lokal, yang kepemimpinannya sering diputar karena serangan Israel yang berulang.

Hal-hal itu memicu kemarahan publik, dengan banyak warga Gaza yang menuduh Hamas mendistribusikan bantuan hanya kepada pendukungnya dan mengecualikan populasi yang lebih luas.

Baca juga: Hamas Tolak Letakkan Senjata Sebelum Negara Palestina Berdiri

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau