KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menggelar program vaksinasi campak massal menyusul status Kejadian Luar Biasa (KLB).
Sebanyak 78.569 anak menjadi sasaran vaksinasi yang berlangsung mulai 25 Agustus hingga 14 September 2025.
Program ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran campak yang kasusnya terus meningkat.
Baca juga: 17 Orang Meninggal Akibat Campak, Gubernur Jatim Gelar Rakor di Sumenep
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes-P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, menyebut program ini hasil rapat lintas sektor.
Vaksinasi digelar di 26 puskesmas, termasuk di wilayah kepulauan, serta tiga rumah sakit daerah.
“Vaksinasi akan kami gelar di 26 puskesmas di daratan dan kepulauan se-Kabupaten Sumenep dan tiga rumah sakit pada 25 Agustus 2025,” kata Syamsuri, Jumat malam.
Pelaksanaan vaksinasi akan dilakukan selama 21 hari. Sasaran vaksinasi adalah anak berusia 9 bulan hingga 6 tahun, kelompok usia yang paling rentan tertular.
Syamsuri memastikan kesiapan logistik vaksin telah disiapkan. Distribusi vaksin ke setiap puskesmas dilakukan sebelum pelaksanaan.
“Kami sudah menginstruksikan kepada semua kepala puskesmas untuk mempersiapkan pelaksanaan program ini, dan mulai besok vaksin untuk masing-masing puskesmas kami kirim,” ujarnya.
Gubernur Jawa Timur, Khafifah Indar Parawansa saat memberikan keterangan kepada awak media di pendopo keraton Sumenep. Kasus campak di Sumenep meningkat tajam. Data terakhir menunjukkan ada 2.035 kasus dengan 17 kematian, lima di antaranya baru dilaporkan dalam sepekan terakhir.
Kondisi ini menjadi alasan utama pemerintah mempercepat program vaksinasi.
Campak adalah penyakit akibat virus yang sangat menular.
Penularannya melalui percikan cairan ketika penderita batuk atau bersin.
Laju reproduksi virus campak (R0) mencapai 17–18, artinya satu penderita bisa menularkan ke 17–18 orang lain.
Dinkes Sumenep menyatakan stok vaksin memadai untuk kebutuhan vaksinasi massal.