KOMPAS.com – Teh putih atau white tea dikenal sebagai salah satu jenis teh paling halus dan lembut di dunia. Hal ini lantaran teh putih melalui proses pengolahan yang sangat minimal dibandingkan dengan teh hijau (green tea) maupun teh hitam (black tea).
Teh putih dipetik sebelum daun tanaman teh terbuka sepenuhnya, ketika pucuk muda masih tertutup rambut halus berwarna putih keperakan. Inilah yang menjadi asal-usul penamaan white tea.
Sama halnya dengan teh hijau, teh hitam, oolong, maupun pu-erh, teh putih berasal dari tanaman yang sama, yakni Camellia sinensis. Tanaman teh ini merupakan semak hijau abadi yang tumbuh secara alami di China dan India, kemudian berkembang ke berbagai wilayah dunia.
Perbedaan jenis teh terutama ditentukan dari cara pengolahan dan lamanya proses oksidasi. Oksidasi merupakan proses paparan daun teh terhadap oksigen setelah dipetik. Semakin lama oksidasi, warna daun akan semakin gelap dan cita rasa semakin kuat.
Para ahli teh biasanya mengatur oksidasi dengan berbagai metode, seperti menggulung, menghancurkan, atau memanggang daun untuk mempercepat maupun menghentikan proses tersebut.
Baca juga: Spons Lemak dari Teh Hijau Jadi Harapan Baru Mengecilkan Perut
Teh putih termasuk jenis teh yang tidak digulung maupun dipanggang. Pucuk muda yang dipetik langsung dibiarkan layu (withering) selama sekitar 72 jam, kemudian dikeringkan dengan suhu terkontrol (sekitar 110°C hingga 65°C).
Karena tidak melalui oksidasi intensif, teh putih memiliki rasa paling lembut, segar, dan alami dibandingkan teh hijau atau teh hitam.
Dalam proses tradisional, pucuk muda dibiarkan mengering alami di bawah sinar matahari atau di ruang dengan pengaturan suhu ketat.
Tradisi teh putih berawal pada masa Dinasti Kekaisaran China sekitar tahun 600–1300, ketika masyarakat diwajibkan memberikan upeti berupa teh terbaik kepada kaisar. Saat itu, hanya pucuk paling muda dan halus yang dipetik untuk dijadikan imperial tribute tea.
Penyair-penyair pada masa itu menggambarkan teh putih sebagai minuman yang “putih seperti awan, hijau seperti mimpi, murni seperti salju, dan harum seperti anggrek.”
Pada masa Dinasti Song (960–1297), di bawah pemerintahan Kaisar Huizong, teh putih diolah dengan cara khusus.
Pucuk dipetik pada musim semi, dikukus, dibersihkan dengan air pegunungan, dijemur, lalu digiling menjadi bubuk putih keperakan. Bubuk ini kemudian dikocok dalam air panas untuk menghasilkan minuman khusus bagi kaisar.
Baca juga: Apakah Teh Putih Kaya Antioksidan dan Antimikroba?
Beberapa jenis teh putih yang populer antara lain:
Bai Hao Yin Zhen (Silver Needle): Berasal dari Fujian, dibuat dari pucuk besar penuh rambut halus berwarna perak.