Keduanya bergabung dengan 58 kota baru anggota UCCN yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay.
“Penambahan Ponorogo dan Malang menegaskan bahwa ekosistem kreatif Indonesia tumbuh tidak hanya di kota-kota metropolitan, tetapi juga di kawasan yang kuat akar budayanya dan dinamis inovasi digitalnya,” ujar Wakil Delegasi Tetap Republik Indonesia untuk UNESCO, Satrya Wibawa.
Baca juga: Sarat Sejarah, Kota Tua Samarkand Jadi Tuan Rumah Sidang Umum UNESCO 2025
Dalam penetapan tersebut, Ponorogo diakui di bidang Crafts and Folk Art, sedangkan Malang terpilih dalam bidang Media Arts.
“Penetapan ini membuat Indonesia kini memiliki tujuh kota kreatif UNESCO,” tambah Satrya.
Ia juga memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah, pemangku kepentingan kreatif, serta kementerian dan lembaga yang telah mengawal aplikasi kedua kota sejak 2024.
Menurutnya, status sebagai Kota Kreatif UNESCO bukan sekadar gelar seremonial, melainkan mandat untuk memperkuat kerja sama internasional melalui program, festival, riset, dan jejaring kreatif.
Baca juga: Mendikdasmen Abdul Muti Akan Pidato Pakai Bahasa Indonesia di Forum UNESCO
Dengan status baru ini, Ponorogo diharapkan mampu memperkuat posisi seni rakyat dan kriya lokal dalam pembangunan berkelanjutan.
“Penetapan Ponorogo di bidang Crafts and Folk Art menempatkan kekuatan seni rakyat, terutama tradisi Reog, kerajinan pendukungnya, dan ekosistem pelaku budaya lokal dalam jejaring kota-kota dunia yang memajukan kriya dan seni rakyat sebagai penggerak pembangunan berkelanjutan,” ujar Satrya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang