JAKARTA, KOMPAS.com – Markas Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya atau Polda Metro Jaya menjadi pusat perhatian hari ini setelah Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) mengumumkan akan menggelar aksi unjuk rasa di sana pada Jumat (29/08/2025) siang.
Hal ini menyusul tindakan represif yang dilakukan oleh aparat kepada masyarakat dalam gelaran demo beberapa waktu ini.
Gedung yang terletak di pertemuan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, itu bukan sekadar kantor polisi.
Baca juga: Sejarah Gedung DPR di Senayan, Tempat Kerja Mewah Wakil Rakyat
Ia menyimpan jejak panjang sejarah kepolisian di ibu kota sejak masa kolonial Belanda hingga era modern.
Dilansir dari Kompas.id, bagi generasi lama, markas besar ini dahulu dikenal dengan sebutan Komdak. Sebutan tersebut merujuk pada istilah Komando Daerah Kepolisian yang digunakan pada era 1960-an hingga 1970-an sebelum akhirnya berubah menjadi Polda Metro Jaya.
Kini, kawasan tersebut menjadi pusat komando kepolisian terbesar dan tersibuk yang mengawasi wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Sejarah Polda Metro Jaya bermula pada masa kolonial Belanda dengan berdirinya Hoofdbureau van Politie Batavia atau Kantor Besar Kepolisian Batavia.
Lokasinya berada di Koningsplein West, kini Jalan Merdeka Barat, dan berfungsi menjaga keamanan Batavia agar masyarakat, baik kalangan Eropa maupun pribumi, bisa hidup tenang dari ancaman bandit dan perampok.
Struktur kepolisian Batavia kala itu terdiri dari unit reserse kriminal, ekonomi, identifikasi dan fotografi, lalu lintas, hingga susila.
Baca juga: Ratusan Mahasiswa UI Belajar Arsitektur Langsung di Perumahan Bintaro
Pembagian wilayahnya cukup rinci, terbagi ke dalam tujuh seksi yang meliputi Tanjung Priok, Glodok, Pasar Baru, Gambir, Menteng, Kwitang, dan Jatinegara, serta sejumlah subseksi di wilayah pinggiran seperti Pesing, Karet, Palmerah, dan Cempaka Putih.
Pada masa pendudukan Jepang, organisasi kepolisian mengalami perombakan. Jepang mendirikan Jawatan Kepolisian Negara di Jalan Juanda dengan membawahi Kepolisian Istimewa Jakarta Kota (Jakarta Tokubetsu Shi Keisatsu Sho) dan Kepolisian Keresidenan Jakarta. Wilayah pengawasannya jauh lebih luas, bahkan hingga ke Subang, Jawa Barat.
Setelah Indonesia merdeka, kepolisian Jakarta ikut terombang-ambing dalam dinamika revolusi.
Barulah pada 6 Desember 1949, dibentuk Kepolisian Komisariat Jaya yang dipimpin Komisaris Besar Polisi Tingkat I R. Ating Natadikusuma. Tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai hari lahir Polda Metro Jaya.
Pada tahun 1963, kantor Komisariat Jaya pindah ke lokasi Polda Metro Jaya yang sekarang di Jalan Jenderal Sudirman.
Presiden pertama RI, Soekarno, menyetujui pembangunan di atas lahan 17 hektar, meski realisasinya hanya 7 hektar, dengan anggaran sekitar Rp 4 miliar. Proyek gedung utama selesai dibangun pada 1970.
Baca juga: Sejarah dan Arsitektur Kapel Sistina, Lokasi Konklaf Pemilihan Paus Baru