JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh yang mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) seringkali dibandingkan dengan proyek kereta cepat di negara lain, termasuk Haramain High Speed Rail (HHR) di Arab Saudi.
Hingga artikel ini dibuat, ratusan pendapat dari pembaca Kompas.com, memenuhi kolom komentar artikel HHR Arab Saudi.
Tertulis biaya konstruksi kereta cepat HHR diproyeksikan sekitar 7 miliar dolar AS atau ekuivalen Rp 116 triliun untuk trase sepanjang 1.500 kilometer.
Baca juga: Kereta Cepat Akan Hubungkan Thailand-China, Tersambung Penuh 2031
Sementara biaya konstruksi Whoosh menembus 7,26 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 119,79 triliun (kurs Rp 16.500 per dolar AS).
Menurut Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Taufik Widjojono, perbedaan biaya ini sangat wajar karena karakteristik dan kompleksitas proyek di setiap lokasi atau negara berbeda secara signifikan.
Perbedaan fundamental ini tidak hanya terletak pada harga rolling stock (kereta) dan persinyalan yang mungkin relatif standar, tetapi terutama pada komponen biaya yang dipengaruhi oleh kondisi lokal dan kompleksitas infrastruktur.
Baca juga: Whoosh, Antara Ambisi Simbolik dan Kebutuhan Mobilitas Mendesak
Taufik menjelaskan, faktor penentu biaya utama atau penting yang secara umum membentuk total investasi sebuah proyek kereta cepat adalah sebagai berikut:
Baca juga: Ditolak Purbaya Bayar Utang Whoosh Pakai APBN, Rosan Evaluasi
"Sejatinya, ada dua faktor utama penyebab biaya tinggi di Indonesia yakni kerumitan pembebasan tanah dan jenis teknologi konstruksi yang digunakan sepanjang trase Whoosh," terang Taufik kepada Kompas.com, Jumat (24/10/2025).
Perbedaan biaya per kilometer (km) antara Whoosh dan HHR sangat dipengaruhi oleh jenis struktur yang mendominasi lintasan.
1. Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh)
Baca juga: Tol Japek II Selatan dan Whoosh Bakal Saling Membunuh
Menurut Taufik, bangunan jalan rel dengan struktur jembatan/layang jauh lebih mahal dibandingkan pembangunan di atas tanah (subgrade).
Karena Whoosh sebagian besar dibangun melayang dan menembus bukit atau gunung, biaya konstruksi per kilometer menjadi sangat tinggi.
Struktur layang diperlukan untuk menghindari persimpangan sebidang dan mengatasi kondisi geologis/kontur yang kompleks serta kepadatan penduduk.
2. Haramain High Speed Rail (HHR-Mekkah-Madinah)
Baca juga: Jakarta-Bandung via Tol Japek II Selatan dan Whoosh, Mana Lebih Cepat?
Meskipun panjang trase HHR jauh lebih panjang, mayoritas konstruksi dilakukan di atas tanah datar di wilayah gurun.