Hal ini secara signifikan menghemat biaya konstruksi karena struktur layang atau terowongan yang mahal tidak banyak dibutuhkan.
Struktur yang lebih sederhana dapat digunakan karena risiko geologis dan gempa relatif lebih rendah.
Selain kompleksitas konstruksi, terdapat faktor-faktor non-teknis yang memperburuk biaya proyek Whoosh.
Pembebasan tanah proyek Whoosh sangat rumit dan kompleks, melewati 9 kabupaten/kota dengan kepadatan tinggi.
Kondisi geologis juga sangat rentan gempa, longsor, dan tanah lunak, membutuhkan struktur anti-gempa dan fondasi yang sangat dalam, tahan dan kuat.
Baca juga: Percepat Perjalanan Jakarta-Bandung, Tol Japek II Selatan dan Whoosh Akan Bersaing
Semua ini meningkatkan risiko cost overrun yang signifikan karena negosiasi, ganti rugi, proses administrasi terkait lahan, juga kajian teknis teknologi konstruksi yang panjang.
Dikutip dari Kompas.com, karena kondisi ini proyek Whoosh mengalami pembengkakan biaya yang signifikan dari perkiraan awal.
Nilai cost overrun yang disepakati adalah sekitar 1,2 miliar dolar AS. Sebagian dari cost overrun ini didanai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Porsi utang yang ditanggung oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) konsorsium Indonesia dalam tubuh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai pengembang Whoosh untuk cost overrun ini mencapai 542,7 Juta dolar AS melalui pinjaman Fasilitas A dan Fasilitas B.
Selain itu, biaya per km proyek Whoosh juga sering menjadi sorotan karena mencapai sekitar 51 juta dolar AS.
Angka ini bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proyek kereta cepat di China yang disebut berkisar antara 17 Juta hingga 30 Juta dolar AS per km, yang menjadi salah satu alasan munculnya isu dugaan inefisiensi biaya.
Namun, sebagaimana dijelaskan Taufik sebelumnya, kompleksitas konstruksi yang didominasi elevated dan tunnel, di Indonesia adalah faktor utama pendorong tingginya biaya per km.
Sementara HHR relatif lebih mudah karena sebagian besar trase melewati wilayah gurun dengan kepadatan rendah. Dengan demikian, kondisi geologi relatif stabil dan minim risiko gempa.
Selain itu, tidak dilaporkan adanya masalah serupa dalam skala besar dari proyek jumbo HHR ini.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang