Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Konstruksi Whoosh Lebih Mahal Dibanding Kereta Cepat Arab Saudi

Kompas.com - 24/10/2025, 10:50 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh yang mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) seringkali dibandingkan dengan proyek kereta cepat di negara lain, termasuk Haramain High Speed Rail (HHR) di Arab Saudi.

Hingga artikel ini dibuat, ratusan pendapat dari pembaca Kompas.com, memenuhi kolom komentar artikel HHR Arab Saudi.

Tertulis biaya konstruksi kereta cepat HHR diproyeksikan sekitar 7 miliar dolar AS atau ekuivalen Rp 116 triliun untuk trase sepanjang 1.500 kilometer.

Baca juga: Kereta Cepat Akan Hubungkan Thailand-China, Tersambung Penuh 2031

Sementara biaya konstruksi Whoosh menembus 7,26 miliar dolar AS atau setara dengan  Rp 119,79 triliun (kurs Rp 16.500 per dolar AS).

Menurut Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Taufik Widjojono, perbedaan biaya ini sangat wajar karena karakteristik dan kompleksitas proyek di setiap lokasi atau negara berbeda secara signifikan.

Perbedaan fundamental ini tidak hanya terletak pada harga rolling stock (kereta) dan persinyalan yang mungkin relatif standar, tetapi terutama pada komponen biaya yang dipengaruhi oleh kondisi lokal dan kompleksitas infrastruktur.

Baca juga: Whoosh, Antara Ambisi Simbolik dan Kebutuhan Mobilitas Mendesak

Taufik menjelaskan, faktor penentu biaya utama atau penting yang secara umum membentuk total investasi sebuah proyek kereta cepat adalah sebagai berikut:

  • Biaya umum penyelenggara yakni biaya operasional perusahaan proyek. 
  • Biaya perencanaan atau feasibility study (FS), yakni biaya untuk Kajian atau Studi Kelayakan
  • Pengadaan kontraktor/tender atau biaya yang terkait dengan proses lelang dan penunjukan kontraktor. 
  • Pembebasan tanah (lahan), biaya untuk akuisisi lahan, yang sangat sensitif terhadap risiko pembengkakan biaya (cost overrun). 
  • Biaya konstruksi, biaya pembangunan fisik infrastruktur (jalan rel, jembatan, terowongan, stasiun). 
  • Biaya operasi mencakup ongkos energi, komunikasi, dan gaji tim operasional. 
  • Biaya pemeliharaan, mencakup biaya untuk perawatan infrastruktur. 
  • Biaya keuangan, bunga bank dan kewajiban finansial lainnya. 
  • Area komersial, ongkos dikembalikan melalui tarif dan konsesi komersial di stasiun/lokasi lain. 

Baca juga: Ditolak Purbaya Bayar Utang Whoosh Pakai APBN, Rosan Evaluasi

"Sejatinya, ada dua faktor utama penyebab biaya tinggi di Indonesia yakni kerumitan pembebasan tanah dan jenis teknologi konstruksi yang digunakan sepanjang trase Whoosh," terang Taufik kepada Kompas.com, Jumat (24/10/2025).

Perbandingan Kompleksitas Whoosh vs HHR

Perbedaan biaya per kilometer (km) antara Whoosh dan HHR sangat dipengaruhi oleh jenis struktur yang mendominasi lintasan.

1. Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh)

  • Panjang Trase: ± 142,3 km 
  • Kompleksitas Trase: sangat tinggi 
  • Jenis Konstruksi: didominasi struktur layang (elevated) dan terowongan (tunnel). 
  • Proporsi Konstruksi: elevated (jembatan layang) 83,30 km (sekitar 58,5 persen), tunnel (terowongan) 16,82 km (sekitar 11,8 persen), subgrade (di atas tanah) 41,68 km (sekitar 29,3 persen).
  • Kondisi Geologis & Terrain: melewati kawasan padat penduduk (Jakarta-Bekasi), pegunungan, lembah, dan kondisi geologis yang rawan bencana gempa (Sesar Lembang, Baribis, dan Cimandiri) serta risiko longsor. 
  • Kebutuhan Stasiun: 4 stasiun utama yang mencakup Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar.

Baca juga: Tol Japek II Selatan dan Whoosh Bakal Saling Membunuh

Menurut Taufik, bangunan jalan rel dengan struktur jembatan/layang jauh lebih mahal dibandingkan pembangunan di atas tanah (subgrade).

Karena Whoosh sebagian besar dibangun melayang dan menembus bukit atau gunung, biaya konstruksi per kilometer menjadi sangat tinggi.

Struktur layang diperlukan untuk menghindari persimpangan sebidang dan mengatasi kondisi geologis/kontur yang kompleks serta kepadatan penduduk.

2. Haramain High Speed Rail (HHR-Mekkah-Madinah)

  • Panjang Trase: 450 km 
  • Kompleksitas Trase: relatif rendah 
  • Jenis Konstruksi: didominasi pembangunan di atas tanah (subgrade). 
  • Kondisi Geologis & Terrain: sebagian besar melintasi wilayah gurun (datar) dengan kepadatan penduduk yang sangat rendah di sepanjang jalur, dan risiko gempa yang minimal. Jalur rel dibangun di atas median jalan raya (Haramain Road) untuk sebagian segmen. 
  • Kebutuhan Stasiun: 5 Stasiun mencakup Mekkah, Jeddah, Bandara Jeddah, Kota Ekonomi Raja Abdullah, dan Madinah. 

Baca juga: Jakarta-Bandung via Tol Japek II Selatan dan Whoosh, Mana Lebih Cepat?

Meskipun panjang trase HHR jauh lebih panjang, mayoritas konstruksi dilakukan di atas tanah datar di wilayah gurun.

Hal ini secara signifikan menghemat biaya konstruksi karena struktur layang atau terowongan yang mahal tidak banyak dibutuhkan.

Struktur yang lebih sederhana dapat digunakan karena risiko geologis dan gempa relatif lebih rendah.

Perbandingan Biaya

Selain kompleksitas konstruksi, terdapat faktor-faktor non-teknis yang memperburuk biaya proyek Whoosh.

Pembebasan tanah proyek Whoosh sangat rumit dan kompleks, melewati 9 kabupaten/kota dengan kepadatan tinggi.

Kondisi geologis juga sangat rentan gempa, longsor, dan tanah lunak, membutuhkan struktur anti-gempa dan fondasi yang sangat dalam, tahan dan kuat.

Baca juga: Percepat Perjalanan Jakarta-Bandung, Tol Japek II Selatan dan Whoosh Akan Bersaing

Semua ini meningkatkan risiko cost overrun yang signifikan karena negosiasi, ganti rugi,  proses administrasi terkait lahan, juga kajian teknis teknologi konstruksi yang panjang.

Dikutip dari Kompas.com, karena kondisi ini proyek Whoosh mengalami pembengkakan biaya yang signifikan dari perkiraan awal.

Nilai cost overrun yang disepakati adalah sekitar 1,2 miliar dolar AS. Sebagian dari cost overrun ini didanai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB).

Porsi utang yang ditanggung oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) konsorsium Indonesia dalam tubuh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai pengembang Whoosh untuk cost overrun ini mencapai 542,7 Juta dolar AS melalui pinjaman Fasilitas A dan Fasilitas B.

Selain itu, biaya per km proyek Whoosh juga sering menjadi sorotan karena mencapai sekitar 51 juta dolar AS.

Angka ini bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proyek kereta cepat di China yang disebut berkisar antara 17 Juta hingga 30 Juta dolar AS per km, yang menjadi salah satu alasan munculnya isu dugaan inefisiensi biaya.

Namun, sebagaimana dijelaskan Taufik sebelumnya, kompleksitas konstruksi yang didominasi elevated dan tunnel, di Indonesia adalah faktor utama pendorong tingginya biaya per km.

Sementara HHR relatif lebih mudah karena sebagian besar trase melewati wilayah gurun dengan kepadatan rendah. Dengan demikian, kondisi geologi relatif stabil dan minim risiko gempa.

Selain itu, tidak dilaporkan adanya masalah serupa dalam skala besar dari proyek jumbo HHR ini.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau